Dirgahayu Telkomsel(22)-Sang pemberani dan selular Indonesia sejati
(Maaf terlambat tayang-Red)-Tidak ada operator telekomunikasi Indonesia yang lebih besar pelanggannya, lebih luas jangkauan dan lebih banyak berkontribusi pendapatan kepada Negara, kecuali Telkomsel. Tanggal 26/5/2017, Sang Kesatria Selular Indonesia berusia 22 tahun.
Masih dalam suasana duka dengan adanya Teror Bom di Kampung Melayu beberapa hari sebelumnya; kita ucapkan, “Selamat Hari Ulang Tahun Telkomsel”. Tetaplah kau senantiasa dari Indonesia, oleh pejuang Indonesia dan untuk rakyat Indonesia!.
Sejatinya, perintah pelaksanaan Pilot Project GSM di Batam dan Bintan diberikan Dirjen Postel ke Grup Komunikatama tanggal 14/10/1993. PT Telkom sebagai Badan Penyelenggara telekomunikasi dalam negeri melakukan “perlawanan sengit”, sampai akhirnya “kekhilafan” itu dikoreksi oleh Menparpostel. Tanggal 8/11/1993, keluar izin Pembangunan proyek perdana GSM Batam dan Bintan ke PT Telkom.
Dengan target GSM Telkom perdana mengudara pada 1/1/1994, perintah itu impossible task dari Pemerintah ke Telkom “dengan harapan” tidak berhasil dituntaskan, sehingga (barangkali) terbuka skenario lain. Namun sebagai penanggung jawab Proyek kala itu, saya menyatakan siap merealisasikan.
Saking herannya, bule2 Siemens Jerman dan Ericsson Swedia sampai berujar, Tim Telkom kayaknya menggali lubang untuk kuburannya sendiri. Tapi -kendati tanpa pengalaman GSM- saya bersama satu regu patriot Telkom nekad bekerja 24 jam sehari selama 50 hari melaksanakannya di Batam dan Bintan.
Kami nomor duakan keluarga yang menanti di Bandung, kami abaikan honor SPPD yang menggiurkan. Bismillah, ada Telkom di belakang kami dan ada doa keluarga mengiringi, demi negeri mengapa harus takut mati?
Dan itulah kuasa Tuhan YMK, pada 31/12/1994 di penghujung tahun, pilot project GSM Telkom mengudara dan berjaya bertengger di atas angkasa Batam dan Bintan. Sinyalnya kuat, GSM perdana di Indonesia perkasa di udara menutup invasi sinyal GSM Singapura.
Bahkan mampu menembus negara jiran itu bahagian Selatan. Ada kegilaan di antara proyek ini, entah orang memberi perintah target atau yang menyanggupi pekerjaan itu. The task was accomplished, tepat waktu dan tepat mutu.
Tanggal 6-8/4/1994 , Indonesia pertama kali mengikuti Sidang GSM sedunia di Paris. Sebagai Ketua Delegasi, saya tiba2 diminta Panitia mendaftarkan GSM Telkom agar terdaftar sebagai member di GSM Association. Tanpa berpikir panjang, saya mengisi formulirnya dan menandatangani akta keanggotaan Telkom di Asosiasi GSM.
Atas tindakan itu, Ahmad Santosa melongo tong2 dan Sekper Telkom Sartono SH serenta kesetrum kaget, “Gila loe, gak ada surat kuasa dari Dirut loe main teken aja!” Saya hanya berkomentar, “GSM kita di Batam masih illegal, untuk membuat sejarah kita tidak perlu surat kuasa. Tenang aja.”
Kenyataannya, sepulang dari Paris, karuan delegasi kena semprot Dirut. Tapi, show must go on or nothing. Dua minggu kemudian, dengan izinnya saya memberi nama dan mendaftarkan Telkom GSM dengan brand “Telkomsel” dan pada 2/5/1994 saya menandatangani filling-nya, sehingga sejak itu service name TELKOMSEL boleh muncul di layar ponsel GSM kita di Batam. Bravo.
Kenakalan ketiga adalah mereformasi modus penjualan telepon selular. Melalui cara Distribusi Terbuka, saya mengenalkan konsep Operator bukan jualan ponsel, tetapi nomor dalam SimCardbelaka. Dihantam dari arah kiri-kanan, dan dibego-begoin dari belakang-depan,
Saya bergeming bahwa Telkom bukan pedagang terminal, serahkan ponsel kepada pasar dan distribusikan kartu perdana plus pulsanya sampai ke tukang kios rokok sekali pun. It was happening and working until now.
Kegemilangan para patriot Telkom menerapkan GSM, kiranya mengundang air liur Indosat BUMN. Dengan lobby tingkat tingginya, dengan alasan mendukung proses go public Indosat di Bursa Saham New York, bom galau pun diledakkan.
Tanggal 23 Agustus 1994, Menparpostel menugaskan Telkom membentuk usaha patungan dengan Indosat dengan pembagian saham masing-masing 50%. Telkom memberontak; pelbagai upaya dilakukan agar kalau pun ventura terbentuk, Telkom haruslah mayoritas.
Di internal Telkom terjadi pro dan kontra, tetapi kebenaran tidak pernah mendua; akhirnya 31 Agustus 1994 Menteri Keuangan menetapkan Telkom 51% dan Indosat 49%.
Dua hari setelah itu, pada 2/9/1994, atas nama Menparpostel, di atas puncak Bukit Dangas di bawah kaki menara transmisi, Menristek Bapak Prof. Dr. BJ Habibie meresmikan pengoperasian Telkomsel GSM milik Telkom (dan calon pemilik saham minoritas Indosat).
Sambil berkoordinasi dengan Pemerintah, Tim menyiapkan cikal bakal pembentukan perusahaan patungan Telkom-Indosat dan penggelaran jaringan Nasionalnya. Namun, goncangan bak gempa bumi terjadi lagi, di antara persiapan, PT Telekomindo menyodok di tengah jalan.
Dan dengan ”restu” Menparpostel tertanggal 20/2/1995, mereka ujug2 minta saham Telkomsel 50%. Bayangkan, komposisi Telkom : Indosat bisa-bisa akan tersisa menjadi 25,5% : 24,5%. Tanggal 10 Maret 1995 saya menerima tugas sebagai Ketua Ti Ad-hoc gabungan Tekom-Indosat.
Telkom lahir dari kancah revolusi kemerdekaan tahun 1945. Pantaslah bila tradisi berjuang, melawan dan menerjangnya, kemudian mewarnai bawaan kami. Awal bulan April 1995 hanya tersedia dua pilihan, apakah Telkomsel akan hidup atau mati.
Demi harkat kemerdekaan Telkomsel ini, saya melakukan “pembangkangan” dengan melarikan pelbagai dokumen persiapan perusahaan ke suatu tempat di Sindanglaya, Puncak. Tanpa berkas2 itu, tidak satu pihak pun dapat melakukan legal action terkait kelahiran Telkomsel yang diperebutkan.
Saat kembali dari persembunyian, saya dan Ahmad Santosa akhirnya “terperangkap” juga. Di suatu sore kami hadir dalam pertemuan (baca: pertempuran) yang berat sebelah dan mematikan, di sebuah gedung di sekitar Jl. Jendral Sudirman.
Dalam keadaan terdesak, terdengar suara azan sayup2 menembus ruang penyanderaan, dan saya minta agar rapat diskors sejenak dan mohon izin melaksanakan sholat Maghrib. Saya dan Ahmad tidak menuju mushola karena di lobby gedung kebetulan kami melihat taksi kuning dalam keadaan kosong.
Dengan taksi itulah kami kabur dan tidak kembali ke ruang rapat. Alhamdulillah, suara Azan Maghrib telah menyelamatkan janin bayi Telkomsel dari upaya “papa minta saham” versi 22 tahun yang silam.
Polemik akhirnya usai, berkat pendekatan Pak Muljohardjoko (Dirkeu Telkom 1995), Menkeu Mar’ie Mauhammad (alm) untuk kedua kalinya berpihak ke Telkom. Melalui suratnya, tanggal 22/5/1995, Menkeu menetapkan susunan Direksi PT Telkomsel (persiapan) yang pertama. Empat hari kemudian, di Jumat, 26/5/1995, PT Telekomunikasi Selular dengan brand TELKOMSEL resmi berdiri.
Itulah Telkomsel kita, dari proyek percontohan di tahun 1993 yang berharga milyaran rupiah, saat ini dia telah menjelma menjadi raksasa dengan kapitalisasi sekitar Rp300 Triliun. Semangat perjuangan berani mati dan berani hidup, serta “berani melawan” sejak awal berdirinya, menjadikan Telkomsel senantiasa pantang menyerah sampai sekarang.
“Perlawanan” terhadap rencana kebijakan network sharing melalui revisi PP 52 Tahun 2000 yang merugikan merah putih adalah salah satunya. Masih ada perjuangan lain; yaitu ayo sebisanya mengurangi saham asing yang 35% di dalamnya.
Dan perjuangkan hak azasi pelanggan di Papua agar bisa memperoleh satu tarif Nasional, seperti halnya BBM Pertamina di sana. Ayo dukung gerakan Pro rakyat dan pro pemerataan, sebagaimana seruan Presiden kita Bapak Jokowi tercinta.
Selamat Ulang Tahun ke -22 Telkomsel the largest, the biggest and the best. Bangga bersamamu, Pandu Bendera Selular Indonesia. Salam Indonesia! (Garuda Sugardo, mantan Direksi Telkomsel era pertama; sekarang anggota Dewan TIK Nasional)-FR