Wisata populer di Banyuwangi(2/10)-Desa Kemiren
Sebelum disesaki oleh perumahan warga seperti sekarang, Desa Kemiren berdiri di atas lahan kebun kemiri dan duren, yang lalu disingkat menjadi Kemiren.
Penduduk Desa Kemiren disebut Suku Osing, yang merupakan pengungsi setelah Kerajaan Majapahit runtuh pada 1478 SM.
Suku Osing memulai kehidupan pertama kali di Banyuwangi dengan mendirikan Kerajaan Hindu Blambangan yang berkuasa sekitar dua abad sebelum akhirnya ditaklukan VOC. Sejarahnya tertulis dalam Perang Puputan Bayu.
Berada di kawasan Gelagah, Desa Kemiren masih terbilang asri. Walau saat ini dipimpin oleh Kepala Desa, namun Ketua Adat juga tetap dihormati. Tradisi pun masih tetap berlangsung, seperti Barong Ider Bumi dan Mepe Kasur.
Barong Ider Bumi merupakan ritual mengarak patung barong di hari kedua Lebaran. Mirip ritual Bhuta Yajna atau Pawai Ogoh Ogoh ala Hindu, ritual ini bertujuan mengusir aura buruk. Uang receh dicampur beras kuning dan bunga dilempar ke arah barong yang diarak, atau yang disebut Sembur Othik Othik.
Setelah itu, warga berkumpul untuk melakukan Tumpeng Sewu. Sesuai namanya, ada ribuan tumpeng yang tersaji dan siap dicicipi. Pecel Pitik, pecel dengan lauk ayam kampung dibakar, menjadi menu wajibnya. Mepe Kasur dilakukan sehari sebelum Idul Adha. Seluruh warga akan mengeluarkan kasur dan menggebuknya di pinggir jalan, juga dengan maksud mengusir bala.
Jika beruntung, saat berkunjung wisatawan bisa disambut oleh Tari Gandrung, tarian tradisional Banyuwangi. Selebihnya, wisatawan bisa menjelajah perbukitan, belajar bahasa Suku Osing, belanja batik atau menikmati kuliner khas, Pecel Pitik, di Warung Pesantogan Kemangi.
Desa Kemiren sudah ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh pemerintah, sehingga fasilitas dan layanan penunjang wisatawanya terbilang layak, bahkan ada banyak pilihan tempat menginap di sana. (Ardita Mustapa; http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170618200237-269-222623/sepuluh-objek-wisata-populer-di-banyuwangi/)-FatchurR