Bupati Banyumas jajagi Jeknyong dan tolah Gojek
Bupati Banyumas, mengeluarkan surat edaran (SE) larangan ojek online beroperasi di wilayahnya. Ini untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Dia memberi alternatif membentuk transportasi berbasis online bernama JekNyong atau ojeke nyong.
Bupati Banyumas, Achmad Husain, berencana membentuk transportasi berbasis online yang akan menggandeng seluruh masyarakat yang berprofesi tukang ojek, sopir angkot, dan jasa transportasi umum. “Akan dibentuk, tapi tidak harus Gojek. Bisa buat sendiri, JekNyong, artinya ojeke nyong. Minggu saya undang pakar IT dari ITB,” kata Bupati Banyumas ke wartawan (12/7/17).
Menurut dia, ide ini muncul setelah beredar Gojek di Banyumas yang saat ini jadi polemik, karena dikeluhkan jasa angkutan transportasi konvensional. Maka dia berinisiatif menggandeng seluruh transportasi konvensial agar mau bergabung membentuk transportasi online.
“Minggu ini saya kumpulkan semua transportasi konvensional. Saya ajak diskusi agar siap jadi transportasi online murah, cepat-nyaman,” ujarnya. Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Asekbang) Setda Banyumas, Didi Rudwianto, menambahkan wacana ini bakal dikaji mendalam agar ke depan bisa dibuatkan aplikasinya.
“Ojek online untuk ojek konvensional. Nanti ada aplikasinya. Ada pengaturan zonasi dan menentukan tarif per km nya. Pendanaannya, bagi yang tidak mampu beli HP, kita gandeng BPR BKK untuk kredit HP”.
Dia jelaskan, kebijakan bupati melarang Gojek berdasar UU No. 23/2014, demi menjaga ketertiban dan keamanan. Selain itu, larangan operasional Gojek karena transportasi ojek online belum memiliki izin untuk mengembangkan usahanya di Banyumas.
“Seharusnya permisi dulu. Dengan begitu, bisa didialogkan bersama yang lain. Siapa tahu dengan dialog ada solusi lebih baik. Bermula dari tidak ada itikad baik. Di Banyumas kan punya pimpinan daerah, bukan di ruang hampa,” ujarnya.
Berkaca dari sejumlah kota, seperti di Bogor, dampak beroperasinya Gojek timbul konflik-perseteruan antara ojek online dengan ojek konvensional dan angkutan transportasi lain. Dengan pengalaman itu maka di Banyumas setidaknya harus belajar dari kota lain.
“Apalagi rata2 sopir Gojek hanya sambilan, mereka kebanyakan punya kerjaan lain. Tapi keberadaannya bisa mematikan ojek konvensional yang betul2 untuk mata pencaharian”. (arb/mbr; Arbi Anugrah; https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3557801/tolak-gojek-bupati-banyumas-rancang-jeknyong)-FatchurR