Dari sisa Kayu-Dhamar raih Omzet 100Jt
Jakarta, Kompas.com-Dengan memanfaatkan sisa kayu, Dhamar Perbangkara mampu raih omzet ratusan juta rupiah tiap tiga bulan. Dhamar, founder Gauri Art Division, perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan tangan dari limbah kayu.
Dhamar serius menggeluti usaha di bidang perkakas dapur setelah ia juarai kompetisi “The Big Start Indonesia (2016)” yang diselenggarakan Blibli.com. Dhamar juara II, berhadiah uang Rp 300 juta. Modal ini untuk membangun dan mengembangkan usaha. Dibantu 2 rekannya, Kadek Takashi dan Made Astina, kini Gauri Art Division mengekspor perkakas dari sisa kayu ke Jepang, Australia, dan AS.
“Untuk pelaku startup, rata2 bisa beromzet Rp 100 juta dalam 3 bulan, ini ekspornya saja. Karena produksi tak bisa cepat, butuh waktu 2-3 bulan,” kata Dhamar, ke Kompas.com, di Hotel Ibis Jakarta, (26/8/17). Dari retail, omzet yang diterimanya Rp 20-30 juta / bulan.
Restoran2 itu konsumen utamanya. Produk Gauri Art Division fokus pada kitchenware berbahan dasar kayu. Produk2nya dijual beragam, mulai Rp 14.000 – Rp 300.000/produk dan dijual online di Blibli.com.
“Harapan saya setelah tahun 2017, Gauri punya konsep matang untuk retail di Blibli.com. Dia bikin produk baru lewat Blibli.com” kata Dhamar. Akhir 2017, Gauri Art Division buka toko /showroom di Petitenget, Bali. Dirinya berjuang untuk mengenalkan Gauri Art Division serta produknya ke publik.
“Saya berjuang membuat trademark. Produk nama sendiri itu dikenal banyak orang”. Sebelum fokus perkakas dapur, Dhamar kerja sebagai asisten desainer. Dia rasakan perbedaan saat jadi karyawan dan jadi bos. Yang ia rasakan peningkatan perekonomian. Ia dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.
Berbekal keinginan jadi orang berguna bagi keluarganya, Dhamar juga mengembangkan usaha di daerah tempat tinggalnya, Bali. Sebab, banyak orang asing ke Bali membangun usaha dan melakukan ekspor. Orang Indonesia dan Bali itu kerap jadi pihak ketiga.
“Sudah saatnya, apalagi era maju, ada internet dan e-commerce seperti Blibli.com, situasinya mendukung. Kitanya berani atau enggak maju,” katanya. Setelah menjuarai “The Big Start Indonesia”, Dhamar punya 2 pegawai di studionya. Mereka bertugas mendesain dan pengawasan pekerjaan.
Berdayakan Ibu2 Rumah Tangga
Gauri Art Foundation pakai bahan2 alam untuk memproduksi handicraft. Mereka berkonsep reduce, reuse, dan recycle. Termasuk alat produksi, yang dimodifikasi dengan berstandar keamanannya. Sebab, kliennya, seperti Jepang lebih menyenangi produk handmade ketimbang hasil mesin.
Produk2 dibuat tangan lebih bernilai ketimbang mesin. Beberapa persen hasilnya untuk memodifikasi alat produksi handicraft. Dhamar memberdayakan pengrajin di desa2 di Bali. Ketika Gauri dapat pesanan perkakas banyak, dia berdayakan pengrajin yang ibu2 rumah tangga dari desa2 di Bali. Gauri Art Division menyediakan bahan dasar yang terbentuk untuk dihaluskan dan dibentuk sempurna.
Lanjut diberikan ke pengrajin yang terseleksi. Sekitar 20 pengrajin asal Bali bekerja sama dengannya, seperti dari Klungkung, Tabanan, dan Buleleng. “Mereka mengolah di desa sambil cocok tanam atau urus anak. Saya ingin buka peluang bagi generasi muda di pedesaan”. (Kurnia Aziza; Aprillia Ika)
Monggo lengkapnya klik aja : (http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/28/091732626/dengan-sisa-kayu-dhamar-raih-omzet-rp-100-juta-per-tiga-bulan)-FatchurR