Kuliner-Kopi Eva : Terkenal Lama
Beberapa waktu lalu dalam perjalanan Semarang-Magelang, saya mampir ke Kopi Eva (Resto Kopi Eva) di pinggir jalan raya Magelang-Semarang, di desa Bedono, Pingit yang dulu sebelum ada lengkeng bangkok adalah penghasil lengkeng satu2nya di Indonesia. Jadilah saat itu lengkeng jadi makanan “elit”.
Waktu itu pagi, jam 8an, jadi cocok ngopi pagi. Kopi eva terkenal sejak lama, berdiri (1958). Pendirinya punya kebun kopi 20 ha dan menampung kopi dari warga sekitar. Untuk menjualnya, maka dibuat warung kopi ini. Konsepnya bukan warung kopi seperti jaman itu, tapi “rest area”, sehingga cocok untuk beristirahat di perjalanan.
Kini “judulnya” Resto Kopi Eva yang punya ruang makan luas, untuk 200 orang. Ada ruang besar, aula. Jadi cocok untuk makan bersama, gathering atau hajatan (ini mungkin lho, belum nanya yang punya). Parkiran luas, bisa jalan2 di kebun kopi di belakang resto ini. Hawanya? sejuk, segar dan bersih, khas pegunungan. Air yang ada di kran, di toilet mengalir terus dan nyesss dingin.
Di resto ini tersedia minuman dingin dan panas. Harganya dari 3 – 50 ribuan. Makanan ber-macam2 dan khas Jawa Tengah : Soto, sop, pecel, gudeg, tapi kwetiauw, capcay juga ada (dan banyak lagi), harganya dari 16 – 50 ribu, namun gudeg manggar (bunga kelapa) Rp 100 ribu seporsi. Tapi porsi makanan2 itu banyak, jadi kalau beli perlu nanya dulu satu porsi untuk berapa orang.
Makanan kecil / cemilan dan oleh2 ada. Ada juga menu “paket hemat”, nasi (pecel, soto, rames, gudeg manggar) + teh/ kopi yang harganya 15-22,5 ribu rupiah. Karena masih pagi, saya dan istri niatnya “sarapan”, alias makan dikit. Saya pesan kopi “original” dan murah, hanya 6 ribu rupiah.
Juga soto yang maknyusss dan porsinya banyak dan “terpaksa” dimakan berdua dengan istri, soalnya masih ingin makan2an cemilan khas di sini yaitu tahu rebus dimakan dengan sambel kecap, kemudian piyangko/ mangko (mirip moci) dan lemper.
Alhasil badan segar (termasuk sudah gosok gigi dan cuci muka dengan air jernih, nyesss, dingin), badan pegel (nyopir jarak jauh) hilang, perut hangat dan mata “byar” kembali. Dengan merogoh kocek tak dalam. Lalu siap meneruskan perjalanan. Anda mau mencoba?. (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR
Beberapa waktu lalu dalam perjalanan Semarang-Magelang, saya mampir ke Kopi Eva (Resto Kopi Eva) di pinggir jalan raya Magelang-Semarang, di desa Bedono, Pingit yang dulu sebelum ada lengkeng bangkok adalah penghasil lengkeng satu2nya di Indonesia. Jadilah saat itu lengkeng jadi makanan “elit”.
Waktu itu pagi, jam 8an, jadi cocok ngopi pagi. Kopi eva terkenal sejak lama, berdiri (1958). Pendirinya punya kebun kopi 20 ha dan menampung kopi dari warga sekitar. Untuk menjualnya, maka dibuat warung kopi ini. Konsepnya bukan warung kopi seperti jaman itu, tapi “rest area”, sehingga cocok untuk beristirahat di perjalanan.
Kini “judulnya” Resto Kopi Eva yang punya ruang makan luas, untuk 200 orang. Ada ruang besar, aula. Jadi cocok untuk makan bersama, gathering atau hajatan (ini mungkin lho, belum nanya yang punya). Parkiran luas, bisa jalan2 di kebun kopi di belakang resto ini. Hawanya? sejuk, segar dan bersih, khas pegunungan. Air yang ada di kran, di toilet mengalir terus dan nyesss dingin.
Di resto ini tersedia minuman dingin dan panas. Harganya dari 3 – 50 ribuan. Makanan ber-macam2 dan khas Jawa Tengah : Soto, sop, pecel, gudeg, tapi kwetiauw, capcay juga ada (dan banyak lagi), harganya dari 16 – 50 ribu, namun gudeg manggar (bunga kelapa) Rp 100 ribu seporsi. Tapi porsi makanan2 itu banyak, jadi kalau beli perlu nanya dulu satu porsi untuk berapa orang.
Makanan kecil / cemilan dan oleh2 ada. Ada juga menu “paket hemat”, nasi (pecel, soto, rames, gudeg manggar) + teh/ kopi yang harganya 15-22,5 ribu rupiah. Karena masih pagi, saya dan istri niatnya “sarapan”, alias makan dikit. Saya pesan kopi “original” dan murah, hanya 6 ribu rupiah.
Juga soto yang maknyusss dan porsinya banyak dan “terpaksa” dimakan berdua dengan istri, soalnya masih ingin makan2an cemilan khas di sini yaitu tahu rebus dimakan dengan sambel kecap, kemudian piyangko/ mangko (mirip moci) dan lemper.
Alhasil badan segar (termasuk sudah gosok gigi dan cuci muka dengan air jernih, nyesss, dingin), badan pegel (nyopir jarak jauh) hilang, perut hangat dan mata “byar” kembali. Dengan merogoh kocek tak dalam. Lalu siap meneruskan perjalanan. Anda mau mencoba?. (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR