Kesehatan

Cucunya sakit Cedera otak

Pada tanggal 01/03/13 jam 10.51, saya menerima Sms berantai dari teman seangkatan, yang mengabarkan cucu salah seorang sobat (bernisial S, NIK 52xxxx) meninggal dunia dan seterusnya. Waktu itu  dengan menyesal saya berhalangan untuk melayat kerumah sobat tersebut

 

Dari komunikasi dengan yang bersangkutan, saya mendapat informasi “Cak FR , terima kasih atas ucapan dan do’anya , sekedar info bahwa sebenarnya cucuku itu sudah sakit dari lahir (cedera otak) jadi  selama ini sampai umur 5 th hanya tiduran saja gak bisa apa2 bahkan sering kejang , perawatan dan pengobatan sudah kami ichtiarkan kemana-mana namun tidak berhasil, jadi mungkin ini juga jalan terbaik yang kami terima dari Allah, sekali lagi terima kasih atas do’anya dari rekan2 semua” Demikian penjelasannya

 

Pada komunikasi berikutnya dia informasikan bahwa nama penyakitnya Celebral Palcy dilingkungan kesehatan biasa di singkat CP tapi bahasa indonesianya biasa dibilang “cedera otak” kata dokter posibility nya tiap 10.000 kelahiran ada 1 , gitu katanya.

 

Untuk memahami CP, saya sajikan penyakit tersebut, agar dapat anda ketahui dan dapat mengambil manfaat bagi kita dengan melihat pengalaman seseorang………………..

 

Perasaan LA campur aduk antara sedih, frustasi, dan putus asa saat tahu putra pertamanya, AN, terkena cerebral palsy. Sampai usia 6 bulan, dokter menyatakan AN normal. Gejala kelainan mulai terlihat saat AN sering demam dan kejang-kejang. Tak seperti bayi seusianya, AN hanya mampu tidur terlentang dan lumpuh total, ia seperti tak punya tulang belakang.

 

AN tidak sendirian. Menurut Dr.Dwi P.Widodo, Sp.A (K), MMed, dari divisi neurologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, jumlah anak Indonesia yang menderita cerebral palsy mencapai seribu anak per satu juta kelahiran.

 

Cerebral palsy (CP) adalah gangguan kontrol terhadap fungsi motorik karena kerusakan yang terjadi pada otak yang sedang berkembang. “Bisa terjadi saat masih dalam kandungan (75 persen), saat proses kelahiran (5 persen) atau setelah dilahirkan (15 persen),” kata Dwi.

 

Penyebab CP belum diketahui, diduga karena bayi lahir prematur hingga bagian otak belum berkembang sempurna, bayi yang lahir tidak langsung menangis sehingga otak kekurangan oksigen, atau karena ada cacat tulang belakang dan pendarahan di otak. “CP merupakan penyakit yang didapat, artinya pada awalnya otak normal, lalu terjadi gangguan, entah itu virus atau bakteri yang menyebabkan radang otak atau penyakit lain, ketika gangguan itu berlalu, otaknya ada yang rusak, terjadilah CP,” paparnya.

 

Empat Tipe

Secara umum CP dikelompokkan dalam empat tipe, yaitu spastic, athetoid, hypotonic, dan tipe kombinasi. Pada tipe spastic atau kaku-kaku, penderita bisa terlalu lemah atau terlalu kaku. Tipe spastic adalah tipe yang paling sering muncul, sekitar 65 persen penderita CP masuk dalam tipe ini.

 

Athetoid untuk tipe penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.

 

Sedangkan hypotonic untuk anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang jadi spastic atau athetoid. CP juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara.

 

Ciri-ciri

Gejala CP bisa diketahui saat bayi 3-6 bulan, yakni saat bayi mengalami keterlambatan perkembangan. Menurut Dwi, ciri umum anak CP adalah perkembangan motorik yang terlambat, refleks yang seharusnya menghilang tapi masih ada (refleks menggenggam hilang saat bayi berusia 3 bulan), bayi yang berjalan jinjit atau merangkak dengan satu kaki diseret.

 

“Begitu ada petunjuk keterlambatan, misalnya bayi belum bisa tengkurap atau berguling, segeralah ke dokter untuk pemeriksaan”. Pemeriksaan yang dilakukan dokter mendeteksi CP pada umumnya melakukan CT-Scan dan MRI untuk mengukur lingkar otak, dan melakukan tes lab untuk menelusuri apakah si ibu memiliki riwayat infeksi seperti toksoplasma atau rubella.

 

Terapi

Sampai kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan CP. Namun tetap ada harapan mengoptimalkan kemampuan anak CP dan membuatnya mandiri. “Berbeda dengan cedera otak lain, ciri khas dari CP adalah kelainannya bersifat permanen non progresif, artinya akan berubah ke arah perbaikan, meski perkembangannya lambat,” katanya.

 

Terapi yang diberikan pada penderita CP akan disesuaikan dengan usia anak, berat ringan penyakit, serta tergantung pada area otak mana yang rusak. “Meski ada bagian otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan meng-cover sel-sel yang rusak. Untuk mengoptimalkan bagian otak yang sehat tersebut, perlu diberikan stimulasi agar otak anak berkembang baik,” katanya.

 

Stimulasi otak secara intensif dilakukan melalui panca indera untuk merangsang perimbangan penyebaran dendrit, dikenal dengan istilah compensatory dendrite sprouting. Beberapa ortu yang memiliki anak penderita CP mengaku berhasil mengoptimalkan kemampuan anaknya lewat metode glenn doman.

 

Metode glenn doman untuk anak dengan cedera otak berupa patterning (pola) untuk melatih gerakan kaki dan tangan, merayap, merangkak, hingga masking (menghirup oksigen), untuk melatih paru-paru agar membesar. Sejak tahun 1998, lebih dari 1700 anak cedera otak mengalami perbaikan cukup berarti setelah melakukan terapi ini. (Penulis: An; http://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/02/celebral-palsy/)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close