Selingan

Pandhawa Ngenger Versi berbeda

Crek …crek …crek … Dalam pisowanan agung di Negara Hasitina, yang dihadiri petinggi2 kerajaan diantaranya Resi Bisma, Pendita Durna, patih Sengkuni, adipati Karno dll memikirkan masa depan kerajaan Hastina dalam menghadapi musuh bebuyutannya yaitu Pandawa.

Duryudono sang raja menganggap Pendita Durna tdk adil dalam memberikan ilmu kadigdayan bagi sanak saudaranya, pendita Durna dianggap oleh Duryudono pilih kasih dalam memberikan ilmunya.Tapi dengan ikut bicaranya adipati Karno timbul semangat angkara murka sang Duryudana untuk berbuat licik kepada saudara2nya yaitu Pandawa.

Tetapi Adipati Karno tidak sependapat dengan rencana licik yang akan dibuat Duryudono yang dianggap jauh dari peri kemanusiaan, sampai2 Adipati Karno walk out dari pasewakan agung.

Didorong sang maha patih Sengkuni sang maha julik maka Prabu Duryudana mengadakan perjamuan, mengundang anggota keluarga Pendawa yang menjalani hukuman atas kekalahannya bermain dadu, dengan jamuan makanan bekas dan minuman memabukkan. Karena pengaruh minuman terjadi perang antara kedua belah pihak, sebelum terjadi korban datanglah Destarata melerai peperangan iitu.

Oleh Destarata Pandawa diminta menyingkir dari Astina agar peperangan tidak berlanjut, tapi pihak Kurawa walau dicegah oleh adipati Karno tetap saja mengejar Pandawa untuk dihabisi. Pada adegan goro2 Harjuna yang diikuti punokawan, dikisahkan Harjuna kedatangan dewa/ betara Indra atas prakarsa betara Indra, Harjuna diajak ke kahayangan.

 

Di Kayangan Harjuna dipertemukan ke betari2, salah satunya betari Uruwasi. Melihat ketampanan Harjuna, betara Uruwasi fall in love kepadanya. Tapi kepada betari Uruwasi, raden Harjuno yang terkenal play boy tidak tergoyahkan oleh rayuan betari Uruwasi.

 

Karena itu betari Uruwasi merasa terhina maka marahlah betari Uruwasi dengan mengucapkan sumpah serapah (dudu sumpah pemuda) agar ke-laki2an Harjuno tidak berfungsi (tentunya untuk sementara waktu). Atas petunjuk betara Indra, Harjuna dan saudara2nya diminta suwito (ngenger) ke Kerajaan Wirata dengan menyamar sebagai orang sudra (rakyat jelata).

 

Dengan berganti nama, Puntadewa memakai nama Kanta, Werkudoro sebagai Balawa, Harjuna sebagai Wrihatmolo, Nakula dan Sadewa sebagai Tripala dan Grantika, sedangkan Drupadi beralih nama menjadi Salindri atau Endang Malini.

Sebelum berangkat ke kerajaan Wirata mereka berganti busana layaknya rakyat jelata dan yang menarik adalah busana yang dipakai raden Harjuna, dalam cerita ini ia memakai busana layaknya seorang wanita.

 

Di kerajaan Wirata sang patih Kencoko dan para hulu balang, antara lain Prahupo Kenco dan Rojo molo berkeluh kesah tentang kerajaan Wirata yang dipimpin oleh Prabu Matsyapati. Sang patih merasa kebesaran nama kerajaan Wirata hanya karena kehebatannya.

 

Mereka merencanakan kudeta terhadap prabu Matsyapati. Ketika mereka merencanakan kudeta datang keluarga pendawa yang berganti busana dan nama layaknya rakyat jelata. Atas perintah patih. Keluarga pendawa tak diperkenankan ngenger ke raja Matsyapati tapi diminta ngenger ke Kepatihan.

 

Dikisahkan patih Kencoko akan berbuat tidak senonoh terhadap Salindri atau Drupadi. Melihat kejadian ini Balawa (Werkudara) mendidih darahnya dan dibunuhlah Kencoko. Terbunuhnya patih Kencoko tidak menjadikan marahnya prabu Matsyapati, tetapi malah diterimanya keluarga pendawa sebagai abdi di kerajaan Wirata. (Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR

 

Catatan : Wis lah mbok critane kedawan,  arep sarapan disit, selagi mendoannya anget (MAF)

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close