Sumber listrik dari padi-Solusi krissis energy?
Manusia terus berupaya menggalang dan meneliti energy terbarukan sebagai pengganti energy fosil. Seperti di lansir bbcindonesia.com berikut ini :
Sekitar 35% penduduk kita belum menikmati listrik, (di wilayah terpencil-pedesaan). Meski pemerintah mempercepat program penyediaan listrik 35.000 mw dalam 5 tahun. Pengembangan tekno oleh mahasiswa Unibraw ini menawarkan penyediaan listrik dari sumber alternatif yaitu padi.
Ketua tim peneliti energi listrik mahasiswa FP Unibraw Malang Dheniz Fajar Akbar, sibuk memantau pertumbuhan padi yang ditanam di rumah kaca mini sejak 2 bulan lalu. Dia rutin memasok air dan pupuk dengan jumlah berbeda.
Tanaman padi semua dalam rumah kaca mini. 10 tanaman diperlakukan berbeda, mulai pasokan air, dan pemupukan. Hasilnya tanaman dengan penyiraman 500 ml air dan kompos 5% dari volume tanah. “Kita semai IR64, kita susun dalam 1 pot. Diameter 15 cm, tinggi 15 cm, Volume tanah kita masukkan 1 cm tanah, dan diletakkan karbon granit yang berfungsi sebagai anoda kita tumpuk tanah” jelasnya.
“Kita tanam padi, kita tanam karbon lagi berfungsi katoda. Setelah anoda dan katoda kita pasang listrik dulu,” jelas dia kepada Eko Widianto wartawan di Malang. Teori ini ditemukan di Belanda (2001), tapi tak banyak peneliti kita mengembangkan teknologi ini meski kita punya wilayah pertanian luas.
Tim yang terdiri dari 5 mahasiswa FTP Unibraw ini mengembangkan teknologi Plant Microbial Fuell Cell (PMFC), yang dinamai E-Paddy.
Skala besar
Tak jauh dari tempat kos Dheniz dan Hamdan terhampar sawah luas, petani tampak mengemburkan tanah dengan traktor. Dheniz berharap tekno pembangkit listrik yang diujicoba dapat dikembangkan di desa2 yang punya lahan pertanian. Lebih murah dari pembangkit listrik konvesional katanya. Alat E-Paddy diharap bisa mengatasi krisis listrik dan mengaliri wilayah yang belum terkoneksi listrik,
“Padi tanaman yang mengalami reaksi fotositensis menghasilkan glukosa, oksigen 30% dikonsumsi padi. Sebelibnya 70% dikonsumsi mikroorganisme tanah. Mengalami metabolisme menghasilkan elektron negatif mengalir ke anoda, mengalir ke katoda menghasilkan listrik” kata Hamdan Mursyid.
Hasil uji coba, tanaman padi umur 25-30 hari jadi puncak produksi listrik 462,4 mVolts per menit. Data listrik yang dihasilkan terekam dalam data loger. Data terekam setiap saat untuk dianalisis.
Ramah Lingkungan
Hasil uji coba diketahui tanaman pagi umur kurang sebulan, dapat menghasilkan listrik meski baru skala kecil, untuk mengisi ulang baterai telepon selular. Tetapi Dheniz menyebutkan listrik yang dihasilkan bisa lebih besar tergantung dari luas lahan.
“Seperti menanam untuk aplikasi, ada tanaman kita beri karbon disambung ke kabel kita sambungkan ke penampung daya. Kita siram dan kompos terbentuk energi listrik. Dari 1 ha terbentuk dihasilkan 41 Gigajoule dibutuhkan beberapa lempengan karbon berfungsi sebagai anoda dan katoda,” kata Dheniz.
Listrik 41,9 Gigajoule atau setara 1,15 kilo liter minyak bumi. Sehingga listrik yang dihasilkan dipastikan ramah lingkungan. Inovasi mahasiswa ini dibiayai Ditjen Pendidikan Tinggi, Kemenristek dan Pendidikan Tinggi Rp 7,5 juta, dan mahasiswa2 ini berharap dikembangkan massal dengan teknologi sederhana.
“Daripada digunakan genset berbahan solar, ini ada sawah bisa dimanfaatkan, di lahan pertanian bisa untuk penyinaran di malam hari, tapi diharapkan listrik yang dihasilkan ditampung mengaliri listrik di desa” kata dia. Tim telah dapat tawaran mengembangkan teknologi ini berskala besar kerja sama dengan peneliti dari Belanda.
Ramah lingkungan
Inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi. Tanaman padi dipilih lantaran lahan sawah luas. Mereka berharap teknologi ini dikembangkan karena lebih murah dan ramah lingkungan.
“Teknologi PMFC, Plant Microbial Fuell Cell ini alangkah lebih baik dikembangkan untuk mencukupi aliran listrik di daerah yang belum teraliri listrik. Kita tetap kembangkan teknologi, agar tersebar luas di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan listrik” kata Dheniz.
Dosen pembimbing dari FP Unibraw Dewi Maya Maharani mengatakan inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, dan ramah lingkungan. “Mungkin yang potensial padi, bisa mangrove di pesisir, jadi potensial untuk proyek kesananya, kita akan untung antara produksi pangan berarti dari beras sebagai bahan pokok di Indonesia ” jelas Maya.
“Produksi energi listriknya dimanfaatkan untuk penerangan, serta menurunkan emisi metan. Produksi padi ini banyak memproduksi gas metan terbanyak yang berkontribusi peningkatan emisi gas rumah kaca”. Tim mahasiswa ini mengajukan hak paten melalui sentra hak intelektual Unibraw Malang.
Monggo lengkapnya klik aja : (http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160530_majalah_sains_listrik_padi)-FatchurR