Yang penting bagiku rasanya nikmat
Hari senin itu, saya dapat oleh oleh dari mang Entis tukang sayur langganan. Dia baru pulang kampung di Majalengka, orangnya memang begeur (baik) tapi bahasa sundanya sehari hari kasar, kalau ditanya mana tempe bungkus pesenanku, jawabnya poho (lupa). Jadilah dia dipanggil mang Poho.
Ketika ngobrol bahwa dia mau pulang kedusunnya, saya bilang tolong bawakan pucuk daun ubi boled kalau ada. Siaap katanya, dilembur uing mah loba. (dikampung banyak). Dia heran bengong karena disana daun ubi seperti itu nggak laku untuk dimasak.
Kuceritakan, daun ubi diseupan (dikukus), setelah matang dicocolkan sambel bawang cikur atau sambel terasi, nikmatnya. Apalagi ditemani tempe goreng, itu sudah masakan mewah. Atau mau ditumis dg bawang merah, cabe, terasi, laja dan cikur, tambah pete, muaahh.
Lumayan, karena bawanya dua kantong plastik, mulai sarapan pagi dan makan siang, menunya serba daun ubi. Haturnuhun (terima kasih) mang Poho, semoga amalnya diterima Allah SWT.
Dengar ucapan ini dia tertawa ngakak, ah si bapak ada2 saja. Mungkin geli karena dikampungnya itu makanan kelenci. Ah masa bodoh, yang penting bagiku rasanya pulen dan nikmat. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR