Membasmi Malaria dengan Rekayasa genetik
(koran-jakarta.com)-PARIS – Tim ilmuwan dari Imperial College London, Inggris, pada Senin (24/9) menyatakan mereka pertama kalinya berhasil memusnahkan populasi nyamuk pembawa parasit malaria yang dikurung di aboratorium.
Adapun metode pemusnahan itu dengan cara rekayasa genetik yang diprogram untuk pemusnahan nyamuk2 itu. Metode yang diberi nama teknologi penggerak gen, bekerja dengan memaksa evolusi lebih cepat dari pada siklus alami dan memastikan sifat rekayasa yang diturunkan ke proporsi yang lebih tinggi dari keturunan tak akan berubah untuk beberapa generasi.
Nyamuk yang dijadikan bahan eksperimen yaitu spesies Anopheles gambiae. Gen spesies nyamuk ini oleh tim ilmuwan di Imperial College London direkayasa agar memiliki kelamin ganda sehingga menghasilkan lebih banyak keturunan nyamuk betina pada tiap generasinya yang tak bisa lagi menggigit (menghisap darah) dan bereproduksi.
Dalam eksperiman di lab, populasi nyamuk setelah 8 generasi tak lagi terdapat yang berkelamin betina dan populasi mereka musnah karena tak bisa menghasilkan keturunan.
“Terobosan ini memperlihatkan teknologi penggerak gen berfungsi baik, dan memberi harapan dalam perang melawan wabah penyakit yang menjangkiti manusia ber-abad2” kata profesor dari Fakultas Zoologi Imperial College London, Andrea Crisanti, yang jadi penulis utama kajian sains untuk majalah Nature Biotechnology.
Wabah malaria tercatat telah menjangkiti lebih dari 200 juta manusnia di dunia (2016) dan membunuh hampir 45 ribu nyawa. Hingga kini malaria dikategorikan penyakit menular paling mematikan. Upaya pembasmian malaria secara terprogram dengan rekayasa genetik di lab yang dilakukan tim ilmuwan yang sama, sebelumnya gagal karena resistensi lewat mutasi yang berhasil melawan teknologi rekayasa.
Penerapan lebih luas
Eksperimen gen kelamin ganda ini diklaim bisa lestari karena berlangsung lama secara alami di alam bebas puluhan bahkan ratusan juta tahun lalu dan akibatnya hingga saat ini banyak serangga memiliki variasi yang terbatas. Karena asumsi ini, ilmuwan yang tak terlibat eksperimen ini menyebut kesuksesan metode rekayasa genetik ini terobosan yang tepat waktunya.
“Teknologi penggerak gen bisa diterapkan di masa depan menyasar serangga pembawa penyakit lain” demikian pernyataan ilmuwan itu. “Pendekatan tradisional mengkontrol nyamuk, terutama pakai insektisida, makin tak efektif lagi karena disertai semakin kuatnya resistensi,” kata Cameron Webb, dosen ilmu pengobatan dari the University of Sydney.
Di lain pihak ada sebagian ilmuwan dan pengamat bioteknologi yang meminta riset terhadap teknologi penggerak gen dihentikan karena mereka menolak penerapan teknologi ini.
“Ada risiko ekologi dari manipulasi dan pemberantasan populasi alamiah seperti penghancuran jaringan makanan dan pergeseran perilaku penyakit, belum lagi ada risiko sosial berupa gangguan pada sektor agrikultur dan kemungkinan pemanfaatan bagi peresenjataan baru” pungkas Jim Thomson dari LSM pemantau teknologi di ETC Group. (AFP/I-1; Bahan dari : http://www.koran-jakarta.com/ilmuwan-basmi-malaria-lewat-rekayasa-genetik/)-FatchurR *