Kejar 20 Juta Wisman Kempar berstrategi Shifting to the Front
(beritasatu.com)-LOMBOK; Kempar menerapkan strategi shifting to the front (geser ke depan) dari sisi anggaran dan program mencapai target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) 2019 ini.
Kempar “habis2an” menerapkan strategi ini mendorong pelaku2 usaha pariwisata untuk menawarkan paket wisata menarik bagi wisman. “Diharapkan strategi shifting to the front target 10 juta wisatawan di semester-1/2019 tercapai,” ujar Deputi Pengembangan Pemasaran II Kemenpar, Nia Niscaya di ajang sosialisasi promosi pariwisata pada media nasional di Katamaran Resort Lombok (21/2/19).
Kempar menargetkan 10 juta wisman di semester-1/2019 dari berbagai negara. Wisman asal Tiongkok diharapkan jadi penyumbang turis terbanyak. “Dari Tiongkok kita targetkan 3,5 juta, disusul wisman asal Eropa 2,5 juta, India 820.000, Jepang 720.000, AS 560.000, Timur Tengah dan Arab Saudi 320.000, Taiwan dan Hong Kong masing2 menyumbang 310.000 dan 130.000 wisatawan,” kata Nia.
Untuk mencapai 20 juta wisman, Kempar menyiapkan program super-extra ordinary mencakup tiga hal yakni border tourism, tourism hub, dan low cost terminal (LCT). Border tourism dianggap penting karena efektif mendatangkan wisman dari negara2 tetangga.
Beberapa alasan di antaranya pertama, karena wisman dari negara tetangga memiliki kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi-destinasi yang ada di Indonesia.
Kedua, mereka memiliki kedekatan kultural/emosional dengan Indonesia sehingga mudah didatangkan. Ketiga, potensi pasar border tourism ini masih sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste,” kata Nia Niscaya.
Untuk program tourism hub, disebutkan sebagai strategi “menjaring di kolam tetangga yang banyak ikannya”. Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan perjalanan berlibur ke Indonesia.
Minim penerbangan
Terkait target pemerintah yang ingin dicapai, kendala yang belum teratasi, minimnya penerbangan langsung (direct flight). Penerbangan misalnya dari Tiongkok 50%, artinya 50% sisanya transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong,” papar Nia. Untuk program low cost terminal (LCT) yang rencana diterapkan tahun depan, perlahan mulai berjalan.
“Selama ini kita salah memilih instrumen untuk konektivitas udara, di mana kita harus tumbuh tinggi tetapi lebih banyak menggunakan instrumen yang tumbuhnya rendah,” katanya.
Data untuk wisman yang datang ke Indonesia 2017 tercatat lebih dari 55% menggunakan Full Service Carrier (FSC) dan sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Namun, pertumbuhan FSC rata-rata hanya 12% jauh di bawah LCC yang tumbuh rata-rata 21% per tahun.
“Maka, LCC itu senjata ampuh mendorong pertumbuhan wisman, dan maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman 20%. Nah, untuk mendorong pertumbuhan LCC, Indonesia harus mempunyai LCT,” kata Nia Niscaya. LCT itu salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman 2019.
“Hal ini program istimewa yang sengaja disimpan jadi senjata pamungkas dalam mewujudkan target akhir 10 juta di semester pertama, dan 20 juta wisman tahun 2019,” ujar Nia Niscaya. (Elvira Anna Siahaan; EAS; Bahan : https://www.beritasatu.com/gaya-hidup/539468-kejar-20-juta-wisman-kempar-terapkan-strategi-shifting-to-the-front.html)-FatchurR *