Kementerian PUPR serap 2500 Ton Karet membangun Jalan Aspal
(liputan6.com)-JAKARTA; Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya akan menggunakan 2.500an ton karet untuk pembangunan jalan aspal 65 km. Pembangunan jalan ini dilakukan pada 2019.
“Program kami 65 Km untuk 2.500 ton karet alam,” ujarnya di Kantor Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta (7/3/2019). Pihaknya menunggu produksi karet alam untuk diolah jadi serbuk karet (crumb rubber) campuran aspal. Indonesia hingga kini ada 5 pabrik pengolahan karet alam jadi crumb rubber.
“Kita lagi tunggu produksinya, dari karet alam tidak bisa langsung dipakai harus dijadikan crumb rubber yang butir2. Sekarang pabriknya 5 atau berapa sehingga kita lihat produksinya crumb rubber berapa”.
Pembangunan jalan aspal campur karet lebih mahal 15% jika dibanding pembangunan jalan tanpa campuran aspal. Namun, ketahanan jalan aspal campur karet diyakini lebih kuat sebab melalui uji coba.
“Beda 10-15% lebih mahal sedikit tapi mutunya lebih baik. Keausan lebih rendah. Kalau pakai spesifikasi benar pasti sekitar 10 tahunan, sama (kaya biasa) tapi lebih rapat dia” ujar dia.
Strategi Pemerintah hadapi harga karet yang anjlok
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, juga mengungkapkan penyebab harga karet alam berada di level rendah. Salah satunya permintaan dalam negeri yang tidak diimbangi persediaan.
“Karena hasil evaluasi kita bersama menunjukkan pergerakan harga karet alam itu makin tidak sesuai dengan supply demand. Artinya kelebihan supply pada demand kecil tapi harga karet terus turun. Itu berarti tak sesuai dengan fundamental” katanya saat konferensi pers, di Kantornya, 25/2/19.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah, untuk mengatasi harga karet yang rendah dilakukan 3 kebijakan dari sisi jangka pendek, menengah, dan panjang. Ketiganya akan mengatur jumlah ekspor karet alam, peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri, dan peremajaan (replanting) karet alam.
Kebijakan2 ini juga keputusan dari Special Ministerial Committee Meeting of the International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi 3 negara produsen karet : Indonesia, Malaysia, dan Thailand, pada 22/2/19 di Bangkok. Pertemuan dipimpin Menteri Pertanian dan Kerjasama Thailand, Grisada Boonrach. Indonesia : Menko Bidang Perekonomian Darmin N, Malaysia oleh Menteri Industri Utama Teresa Kok.
“Hasil dari pertemuan ITRC ada pilar, yakni jangka pendek dari pengaturan ekspor mekanisme Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) lanjut kebijakan jangka menengah, memaksimalkan penggunaan karet dalam negeri melalui Demand Promotion Scheme (DPS), dan jangka panjang melalui peremajaan karet alam melalui Supply Management Scheme (SMS),” bebernya.
Menko Darmin mengatakan, mengimplementasikan ketiga kebijakan ini secara konsisten, maka harga karet diharapkan naik di pasaran. Di samping itu, pengaturan ekspor dari mekanisme AETS ini dinilai sebagai instrumen efektif menyelesaikan persoalan ketidakseimbangan stok di pasar global.
Mereka memutuskan penerapan AETS untuk mengurangi ekspor dari ketiga negara itu 200-300 ribu Metric Ton (MT), untuk jangka waktu tiga bulan ke depan.
Para menteri juga berkomitmen melanjutkan dan memperbaiki implementasi SMS. Skema ini berperan penting dalam pencapaian titik keseimbangan antara supply dan demand karet alam dengan mengakselerasi penanaman kembali (replanting) karet alam.
“Inti dari SMS adalah replanting. Di Indonesia, yang sudah dilakukan Kementan yakni dari lahan replanting sejumlah 60% itu ditanami karet, dan sisanya ditanami tanaman lain, semisal kakao, hortikultura, dan sebagainya. Ini untuk mengatasi oversupply,” tutur Menko Darmin.
Thailand akan mengoptimalkan replanting pohon karet 65 ribu ha per tahun, Indonesia 50 ribu ha per tahun, dan Malaysia sebesar 25 ribu ha per tahun. (reporter : Anggun P Situmorang; Bahan dari : Merdeka.com; Liputan6.com dan https://www.liputan6.com/bisnis/read/3911293/kementerian-pupr-serap-2500-ton-karet-untuk-bangun-jalan-aspal)-FatchurR *