Iptek dan Lingk. Hidup

Suku Anak Dalam Penjaga Rimba(1/2)

(drtikTravel Community)-Suku Anak Dalam bertahan hidup tradisional dalam belantara Sumatera di tengah gempuran modernitas. Kita harus bisa menyambangi mereka, apapun jalannya.

A man travels the world over in search of what he needs and returns home to find it (George A Moore).

 

Quote di atas sejalan dengan yang saya rasakan. Jauh2 mengeksplor, bahkan tinggal di benua Amerika, Australia dan negara2 lain, nyatanya petualangan paling hakiki justru tak jauh dari kampung saya, Jambi.

Suku asli Provinsi ini, Suku Anak Dalam (SAD) atau dikenal dengan Orang Rimba. Awalnya, Orang Rimba diperkirakan berasal dari Orang Minang.

 

Kesehariannya tinggal di hutan berpakaian, paling hanya kulit kayu untuk menutupi kemaluannya. Karena dirasa ribet, tak nyaman dan suka ada kutu kayunya, lama2 mereka ganti kain. Yang cewek berkain layaknya kemben untuk atasan dan satu lagi untuk bawahan.Yang cowok pakai cawat, yakni kain yang dililit-lilit menutupi selangkangan.

 

Selain jadi pakaian, kain berguna sebagai mahar pernikahan dan untuk bayar denda adat. Jika ada kesalahan, maka harus bayar denda adat dengan kain. Misalnya jika kedapatan mencuri kain, maka harus bayar 6 kain. Yang terberat adalah 100 kain karena menebang pohon sembarangan. See how good they treat nature?

 

Karena penasaran, ketika pulang kampung dalam rangka Imlek, saya sempatkan diri ikut open trip yang jarang ada dan kebetulan pas dengan jadwal. Sepertinya semesta mendukung untuk berjumpa mereka.

 

Dari Kota Jambi, saya berkendara selama 6 jam, tiba di Kab-Sarolangun dan melapor ke pihak pengelola taman nasional. Ketika itu hari pukul 22.00 WIB dan saya melanjutkan perjalanan ke tempat meeting point berikutnya tempat Suku Anak Dalam menunggu untuk mengantarkan kami masuk ke belantara hutan. Perjalanan mulai tengah malam mencekam dan jalan becek, berlumpur dan akses yang sulit.

 

Ketika tiba di kampung, saya dan rombongan tidur karena letih. Esoknya terbangun dan melihat para Suku Anak Dalam sudah beraktivitas. Hari itu tidak ada jadwal guru yang masuk ke hutan dan mengajari anak2. Jadi, saya diajak mengambil ubi yang akan direbus untuk sumber karbohidrat mereka. Ada ber-jenis2 sayuran liar yang tumbuh dan aneka buah tropis yang jadi makanan pelengkapnya.

 

Terlihat Suku Anak Dalam hidup berdampingan, jika tak ingin disebut bergantung pada alam. Untuk makanan yang lain, para pria bertugas berburu. Mereka  lihai membuat perangkap agar lebih mudah menangkap hewan buruan. Targetnya babi, rusa, labi-labn hewan liar lain karena mereka pantang makan hewan yang diternakkan. Telur pun, tidak dimakan karena turunan dari hewan yang diternakkan.

 

(Lenny; Bahan dari : https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-4594891/suku-anak-dalam-sang-penjaga-rimba)-FatchurR * Bersambung……..

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close