Halal Tourism Pariwisata Ramah Muslim-Toleran Dan Bersahabat
(beritasatu.com)-MANDALIKA; Seringkali istilah Halal Tourism disalahpersepsikan inklusif dan tertutup untuk non muslim. Namun hal ini terbantah dalam “Halal Tourism International Conference” yang diselenggarakan MUI, di Mandalika Lombok. 10-11 Oktober 2019.
Istilah halal tourism atau pariwisata halal harus intensif dikomunikasikan sebagai pariwisata bersahabat, ramah, dan terbuka. Bukan dipersepsi sebagai pariwisata tertutup dan tidak aman untuk pengunjung wisata non muslim.
Hal itu diutarakan pakar ekonomi kerakyatan, Frans Meroga Panggabean, di sela acara konferensi itu. Frans mengatakan acara seperti ini perlu terus digalakkan agar masyarakat luas tahu halal tourism itu terbuka, bersahabat, dan mencatat kontribusi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Halal Tourism itu hanya terminologi untuk kepentingan branding dan marketing. “Jadi masyarakat secara luas harus di edukasi yang jelas agar tidak terjadi salah persepsi dengan istilah halal dan haram dalam terminologi agama,” ujar Frans yang lulusan MBA dari University of Grenoble, Perancis ini.
Dalam acara yang dihadiri dan diresmikan oleh Ketua MUI sekaligus Wapres terpilih, KH Ma’ruf Amin itu memberikan pemahaman bahwa pariwisata halal itu salah satu indikator keberhasilan mendatangkan devisa negara khususnya di sektor pariwisata.
Salah satu pembicara, Menpar Arief Yahya membeberkan data mengenai prestasi Indonesia dalam Halal Tourism internasional. Tahun 2019, Indonesia jadi The Best The World Halal Tourism Destination 2019 vesi GMTI (Global Moslem Tourism Index). Posisi kita mengalahkan Malaysia, Turki, dan Arab Saudi.
Prestasi ini menggembirakan mengingat di 2030 menurut data GMTI, jumlah pengunjung wisata muslim mencapai 230 juta. Namun di sisi lain, prestasi Indonesia ini bisa menurun bila tidak kita jaga bersama.
Frans juga mengatakan Indonesia juga harus bisa menjaga citra sebagai negara muslim toleran dan terbuka, seperti Malaysia, Turki, dan Emirat Arab. Di Indonesia ditunjukkan oleh Lombok, destinasi muslim nomor 1 di Indonesia versi Indonesia Muslim Travel index (IMTI).
“Di Lombok kita lihat turis luar negeri banyak menikmati indahnya pantai dan keindahan alam dengan nyaman. Masyarakat Lombok sadar pariwisata bisa jadi andalan periuk nasi mereka,” papar Frans yang merupakan tim penulis buku “The Ma’ruf Amin Way” ini.
Frans yakin dengan didukung program yang tepat untuk mendorong destinasi pariwisata halal, target pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan akan tercapai dalam waktu dekat.
Hal ini diamini Sekjen MUI Anwar Abas. “Diharapkan yang terjadi di Lombok bisa dijadikan benchmark destinasi pariwisata di daerah lain” ujarnya. Anwar Abbas menambahkan di tengah kelesuan ekonomi, pariwisata bisa menjadi terobosan untuk meningkatkan perekonomian setempat.
(Rully Satriadi; RSAT; Bahan dari : Suara Pembaruan dan https://www.beritasatu.com/nasional/579555/halal-tourism-pariwisata-ramah-muslim-yang-toleran-dan-bersahabat)-FatchurR *