Demi Bertahan Hidup Nenek Sinot 20 Tahun Sebagai Tukang Sapu Jalan
(nasional.okezone.com)-TANGERANG SELATAN; Usia senja tak membuat nenek Sinot (78) pasrah menjalani kerasnya tuntutan hidup. Tiap hari, dia jalan kaki cukup jauh untuk mengais rejeki sebagai penyapu jalan di Taman Kota 2, Setu, Tangsel.
Dia warga pribumi tinggal di Kampung Buaran, Serpong. Menyandang sebutan buyut, karena kedua anaknya Usman dan Encin memberi cucu hingga cicit. Suaminya almarhum Mamat, wafat 2 tahun lalu. Selepas itu, praktis Nenek Sinot kerja ekstra keras demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Di rumah kecilnya itu, dia tinggal bersama putranya, Usman. Sehari-hari Usman kuli pabrik pembuatan batako. Pendapatannya pas untuk makan-minum. Itu sebab, Nenek Sinot tak mau membebani hidupnya pada anak. “Saya nggak mau jadi beban karena terbiasa cari nafkah sejak muda” tuturnya ke Okezone, Jumat (20/12/19).
Dia sempat bercerita kisah hidupnya ke Okezone. Pada masa muda pekerjaannya petani. Kala itu, ladang dan sawah milik orang tua terbentang luas. “Dari nenek moyangnya begitu ya diikutin aja,” sambungnya.
Seiring kemajuan zaman, ladang sawah sedikit demi sedikit tergusur berganti pembangunan. Hingga tak ada lagi sawah tersisa. Saat itulah, dia berganti pekerjaan. “Udah nggak ada lagi sawah, mau nggak mau saya harus tetap cari nafkah, cari rejeki. Bbanyak yang nawarin ikut jadi tukang sapu jalan,” ucap dia.
Sejak jadi tukang sapu, dia diupah Rp10 ribu sepekan. Setelah 20 tahun, upahnya bertambah jadi Rp180 ribu seminggu. Pendapatan itu jauh di bawah cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “Habis mau kerja apalagi, dari dulu jadi tukang sapu. Ijazah sekolah nggak punya, jadi walau segini yang penting halal”.
Saat ditemui di area Taman Kota 2, dia dan ibu-ibu usia senja lainnya menyapu sampah. Tiap hari, dia kerja dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00. Ada 10 penyapu jalan di situ. “Kerjanya Senin sampai Sabtu, Minggu libur. Kalau habis dibayar, baru bisa beli beras sayur, lauk stok seminggu ke depan. Nggak cukup, nanti anak saya Usman yang nutupi kebutuhan lain” terangnya.
Dia sering terhenti tiba-tiba saat menyapu, karena kaki dan dengkulnya lemas dan nyeri. Jika demikian, dia istirahat sejenak di bawah rerimbunan pohon Taman Kota 2. “Ini pinggang sering nyeri, sama dengkul lemas gemeteran. Jadi, nenek istrahat sebentar baru dilanjut. Mungkin faktor usia” ungkapnya.
Sebelumnya, upah penyapu jalan di Taman Kota 2 dibayar pihak swasta BSD. Namun 2 tahun belakangan, pembayaran upah ditanggung pengelola perparkiran Taman Kota 2. “Ini yang bayar anak-anak pengelola parkir. Alhamdulillah ada kepedulian, jadi kita bisa cari nafkah,” terangnya.
Yang dilakukan Nenek Sinot memberi motivasi luas banyak kalangan, khususnya wanita dan generasi muda, mereka tak boleh menyerah dengan keadaan dan keterbatasan. “Kita kerja apa saja yang penting halal. Jangan sampai hidup karena dikasihani orang lain, apalagi minta-minta,” lanjutnya.
Secara logis, kondisi fisik usia renta sudah harus istirahat tanpa pusing bekerja keras demi sesuap nasi. Menanggapi kondisi itu, Kadinsos KotaTangsel, Wahyunoto Lukman, menjelaskan, dia bisa dibantu dari program pemerintah pada warga tak mampu. Di antaranya Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
“Kita yang proses. Kalau sesuai kriteria, keluarga tak mampu nanti kita usulkan. Tapi kita ada kuota, jadi nggak semua yang kita usulkan diakomodir. Ketika ada keluarga yang meningkat keadaannya, dan ada sisa kuota maka yang diinput tadi bisa langsung menerima,” bebernya.
Dinsos prihatin atas kondisi Nenek Sinot. Jajarannya akan memastikan dulu apakah dia sudah masuk data Kesejahteraan Sosial Terpadu yang ada. “Kalau belum akan diinput segera, itu by sistem, otomatis terinput. Tapi kalau dia sudah terdata, berarti dia dalam antrian pemberian bantuan” tambahnya.
Pihak Dinsos akan memberi solusi sementara, agar dia dapat bantuan bagi keluarga rentan pakai dana APBD Kota Tangsel. Bisa berupa bahan pokok, seperti beras, minyak goreng, telur, dengan nilai bantuan sesuai kondisi penerima bantuan.
“Jadi kita beri bantuan bagi keluarga rentan, untuk pemenuhan kebutuhan dasar sementara. Tapi tidak bisa terus menerus, karena sementara. Nilainya tergantung keadaannya, bisa juga kebuthan pokok, juga kebutuhan lain seperti popok, selimut, pembalut, tenda, dll” ujarnya.
Wahyunoto mengimbau agar perangkat lingkungan di wilayah aktif mengecek kondisi sosial warganya. Jika ada warga berkategori keluarga rentan, maka segera dilaporkan ke Dinsos Tangsel. “Mohon jika ada fotokopi KTP dan KK-nya dinfokan ke kami biar langsung di cek dan proses. Sehingga Nenek Sinot ini bisa mendapat program bantuan bagi keluarga rawan sosial-ekonomi,” tukasnya.
(wal; Hambali; Bahan dari : https://nasional.okezone.com/read/2019/12/21/337/2144588/demi-bertahan-hidup-nenek-sinot-20-tahun-lakoni-tukang-sapu-jalan?utm_source=dable)-FatchurR *