Selingan

Misi Diplomatik Utsmaniyah di Jepang

(republika.co.id)-JAKARTA; Kapal Perang Utsmaniyah Ertugrul melaksanakan kunjungan diplomatik ke Jepang. Ekspedisi ini balasan kunjungan Kaisar Meiji di Istanbul. Berhasil tiba di Jepang selamat. Sesampainya di sana, penumpang kapal disambut keramahan luar biasa oleh pimpinan dan rakyat Negeri Matahari Terbit.

 

Namun, nahas, dalam perjalanan kembali ke Istanbul (1890), topan besar menghantam Ertugrul saat kapal itu berada di perairan selatan Jepang. Bencana ini menyebabkan tewasnya 550 penumpang kapal itu dan menyisakan 69 orang selamat. Nasib Ertugrul berujung tragis.

 

Namun, misi pelayaran berhasil membentuk hubungan positif antara Kesultanan Turki Utsmaniyah dan Kekaisaran Jepang. “Sampai kini, orang2 Jepang dan Turki rutin memperingati insiden Kapal Ertugrul tiap 5 tahun 1x, meski rezim kedua negara telah berulang kali mengalami pergantian” ungkap Ketua Pusat Studi Islam Jepang, Prof Salih Mahdi al-Samarrai, di artikel berjudul “Islam in Japan Before 1900.”

 

Pada 1892, dua tahun pascainsiden Kapal Ertugrul, cendekiawan Jepang : Torajiro Yamada tiba di Istanbul. Tujuannya berkunjung ke ibu kota Kesultanan Turki Utsmaniyah ketika itu untuk menjalankan misi sosial dan politik yang ia terima dari negaranya.

 

Di negerinya, Torajiro dikenal sebagai pemuda terpelajar. Dia memainkan peranan penting dalam kampanye penggalangan dana di kota2 besar Jepang, untuk menyantuni keluarga pelaut Utsmaniyah yang tewas dalam Insiden Kapal Ertugrul.

 

Pada saat melakukan penggalangan dana ini, Torajiro mendapati simpati yang ditunjukkan masyarakat Jepang pada saudara2 Turki mereka luar biasa. Dalam waktu relatif singkat, jumlah uang yang terkumpul mencapai hampir Rp 12 miliar dengan nilai mata uang saat ini.

 

Kekaisaran Jepang lantas minta Torajiro untuk mengantarkan uang itu ke Istanbul. Setelah misinya di Istanbul selesai, lelaki itu mengunjungi Mesir. Dia putuskan menetap di sana 20 tahun berikutnya. Selama berada di Mesir, Torajiro melakukan semua yang dia bisa untuk mempererat hubungan politik dan budaya antara Kekaisaran Jepang– Kesultanan Turki Utsmaniyah.

 

Pada kemudian hari, Torajiro Yamada memutuskan memeluk Islam dan mengganti nama jadi Abdul Khalil Yamada. Dia tercatat sebagai orang asli Jepang kedua yang masuk Islam setelah Seitaro Noda—yang mengganti nama jadi Abdul Haleem Noda. (Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko; Bahan dari :  https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/11/06/oyzie5313-misi-diplomatik-utsmaniyah-di-jepang)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close