eSambelin Cak Mono Dari Rumahan Tembus Mancanegara
(krjogja.com)-KESUKAAN mengulek sambel di acara kongkow alias Diplomasi Sambel bersama teman, selalu ada menu sambel hasil ulekan, olahan, dan racikan tangan Darmono. Keisengan berbuah manis itu tanpa rencana.
“Iseng-iseng berbuah usaha yang lumayan untuk ditekuni”, ucap Darmono. Saya videokan proses pembuatan sambel ini, dari berbentuk bahan baku hingga jadi sambel. Saya iseng masukkan ke botol, seperti produk sambel lain yang ada di pasaran”, cerita Darmono.
Usai video tadi diupload ke medsos, dia banjir pesanan, tepatnya pada 14/2/20. Sesuatu yang tidak disangka-sangka. “Karena banyak pesan, baru saya berpikir terjun menjadi wirausaha sambel”, ujarnya.
Bermodal Rp500 ribu, Darmono melambungkan produk sambelnya dengan brand eSambelin Cak’Mono. “eSambelin itu bahasa Madura, kampung saya, artinya disambelin. Saya coba memadukan unsur budaya dan teknologi”, ungkapnya.
Awalnya, pesanan sambel datang dari komunitas teman-teman sendiri. Setelah dari mulut ke mulut, pesanan sambel pun datang dari komunitas yang lain. Kini, eSambelin Cak’Mono sudah memiliki lima orang Reseller yang semakin melebarkan pasar hingga mancanegara.
“Berkat jaringan pasar yang dimiliki Resellers, sambel saya menembus mancanegara, seperti London dan Norwegia. Tak lama lagi bakal dibawa dan dipasarkan ke Belanda”, kata Darmono dengan bangga.
Dia mulai meracik langkah untuk masuk ke pasar jemaah umroh dan haji asal Indonesia. “Pengalaman saya saat berhaji, jemaah kesulitan cari sambel di Tanah Suci. Saya pernah menemukan sambel di Mekah, serasa menemukan emas. Maka saya pikir untuk masuk ke pasar umroh-haji”, jelas Darmono.
Untuk itu, eSambelin Cak Mono akan membuka stand di tiap acara Manasik umroh-haji. “Saya akan jalin kerjasama dengan pihak biro travel umroh dan haji”, cetusnya. Pasar TKI di Hongkong sudah menjadi bidikantnya. “Saya yakin mereka di Hongkong merindukan nikmatnya sambel khas Indonesia. Insya Allah, saya mau masuk kesana juga”, katanya.
Sambel khas eSambelin Cak’Mono memiliki variasi rasa. Dengan ukuran botol 150 mm, selain rasa sambel biasa, ada varian rasa teri, petai, dan tongkol. Harganya Rp30 ribu sampai Rp35 ribu. “Bagi Reseller dapat cashback atau diskon Rp5 ribu”, ungkapnya dan menyebutkan, bakal menyusul varian rasa ikan cakalan dan cumi.
Tingkat kepedasannya kini terbagi 2, yaitu pedas asyik dan pedas bingits. “Dari 250 botol yang diserap pasar, ada masukan dari yang suka sangat pedas dan yang gak suka sangat pedas. Jadi, saya bikin dua tingkat kepedasan”, ulas Darmono.
Dengan memiliki 2 karyawan, Darmono menjaga kualitas eSambelin Cak’Mono dengan cara memproses produksinya. Dari mulai belanja bahan baku ke pasar, memilih sambel, sampai proses membuat sambelnya. “Saya masih tradisional mengolah semuanya”, imbuhnya.
Dia menjaga higienitas dari produk sambelnya. “Kedua karyawan saya tugasnya memasukkan sambel ke botol, dengan kostum bersih dan tertutup”, ungkapnya. Namun, untuk pemasaran, dia memanfaatkan kemajuan teknologi medsos seperti Instagram, FB, dll. “Pesanan sambel banyak melalui Medsos”, kata Darmono.
Dengan titik terang yang diraih itu, Darmono mengajak generasi muda milenial, berani melangkahkan kaki jadi wirausaha pemula. “Bagi saya, berbisnis itu berproses mulai dari titik nol, membuka banyak jaringan untuk pemasaran, dan menjaga kepercayaan konsumen”, tandasnya.
Kemasan produk juga syarat yang tak bisa dianggap remeh. “Kemasan itu hal penting yang tak bisa diabaikan, karena berkaitan tingkat rasa estetika konsumen”. Darmono berpesan, jangan membangun bisnis bila pasarnya belum terbentuk dan belum terlihat. “Langkah berikutnya membangun pasar baru”, ucapnya.
Keseriusan Darmono menekuni eSambelin Cak Mono tak bisa diragukan. Terbukti, usaha sudah memiliki IUMK (ijin usaha mikro dan kecil). “Hak merek dan BPOM dalam proses pengurusan”, pungkas Darmono.
(Tomi Sudjatmiko; Bahan dari : https://www.krjogja.com/kisah-inspiratif/wirausaha/esambelin-cak-mono-dari-dapur-rumahan-tembus-mancanegara/)-FatchurR *