Islam

Hakikat Mengucap Basmalah

(beritasatu.com)- Sebagian kita, mungkin, menganggap tak penting, bahkan cenderung menyepelekan, pengucapan basmalah dalam memulai aktivitas. Mungkin anggapan itu karena basmalah begitu ringan diucapkan, atau mungkin karena tak merasakan efek dalam perilaku, atau aktivitasnya.

 

Karena itu, saya ajak jemaah merenungkan sejenak makna mengucap basmalah agar kita bisa mengambil hikmah darinya. Renungan ini kita mulai dengan memahami tradisi menyebut nama dan penggunaan nama, lalu makna mengucap asma Allah.

 

Tradisi menyebut dan menggunakan Nama

Doeloe, orang Arab mengawali kerja dengan menyebut nama yang dimuliakan. Perilaku itu memberi kesan baik pada pekerjaan, atau pekerjaan itu semata-mata ditujukan karena “dia”. Kaum Musyrikin Mekah sering berkata bismi allata, demi Tuhan allata. Nama bayi sering diberi nama tokoh, maksudnya : mengabadikan tokoh itu, dan berharap anak mencontoh sifat terpuji tokoh itu. (Quraish Shihab, 1992: 13)

 

Di Iran, bayi lelaki banyak diberi nama Ali, sehingga untuk membedakan Ali satu dengan Ali, dilihat nama belakangnya (bapaknya). Di Indonesia, nama Muhammad atau Ahmad adalah nama populer untuk bayi lelaki. Bahkan, nama Muhammad masuk 10 besar nama bayi di AS, seperti dilansir CNN tahun lalu.

 

“Apalah arti sebuah nama” yang dipekikkan Shakespeare, jadi tak relevan. Nama tak sekadar nama, tapi bermakna. Apalagi nama Tuhan, nama Allah, nama Sang Pencipta kita. Terkait nama Allah, salah satu anjuran bagi kaum Muslim : memulai beraktivitas dengan mengucap asma Allah, ayat pertama surat al-Fatihah.

 

Tujuan mengucap Basmalah

Apakah tujuan menyuruh umat manusia memulai perbuatan dengan ucapan basmalah? Dalam Understanding the Quran, Murtadha Muthahhari menjawab: agar perbuatannya memiliki sentuhan sakral dan diberi berkah (Muthahhari, 1997: 11).

 

Menurut Quraish Shihab, pengucapan basmalah bukan sekadar berharap “berkah”, juga bermakna dalam yang melahirkan sikap dan karya positif. Bagi Shihab, kata bi berarti “dengan” yang terkait kata “memulai”. Karena itu, pengucap basmalah hakikatnya berkata: dengan (demi Allah) saya memulai (pekerjaan ini).

 

“Bila Anda jadikan pekerjaan Anda ‘atas nama’ dan ‘demi’ Allah, maka Anda membentengi diri dan pekerjaan Anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi,” tulis Quraish Shihab.

 

Kata bi terkait “pertolongan dan kekuasaan” sehingga si pengucap sadar pekerjaannya terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia mohon bantuanNya agar pekerjaan selesai baik dan sempurna. Dengan begitu, tertanam rasa kelemahan di hadapan Allah, dan optimisme karena merasa beroleh bantuan-Nya. Bila pekerjaan atas bantuan Allah, pasti ia sempurna, indah, baik, dan benar karena sifat Allah “berbekas” pada pekerjaannya.

 

Ada dua sifat yang ditekankan dalam basmalah, yakni al-Rahman dan al-Rahim. Karena itu, diharapkan sifat al-Rahman dan al-Rahim memenuhi jiwa pengucap basmalah, sehingga seluruh sikap dan perbuatannya diwarnai curahan rahmat dan kasih sayang. (Quraish Shihab,1996: 21-23)

 

Dalam Tafsir al-Mizan, Thabathabai menjelaskan mengucap basmalah berarti perbuatannya ditujukan pada-Nya, dan dengan begitu perbuatannya jadi kekal, tak musnah, tak binasa, tak sia-sia. Al-Qu’ran menyebutkan bahwa perbuatan yang tidak ditujukan hanya demi Allah bagaikan debu yang berterbangan (QS. 25:23).

 

Thabathabai mengutip hadis, ”Setiap perkara penting yang tak dimulai dengan asma Allah, maka perkara itu abtar.” Menurut Thabathabai, abtar bermakna: terputus akhirnya, yakni tidak sempurna, misalnya binatang berekor, lalu diputus ekornya, maka ia jadi tak sempurna (Thabathaba’i, 1991: 2-3).

 

Perbuatan yang dilakukan hanya demi Allah adalah perbuatan ikhlas. Hanya perbuatan ikhlas saja yang diterima oleh Allah. (Quraish Shihab, 1992: 14).

 

Kesimpulan, bila kita baca basmalah saat mulai aktivitas, kita berharap sentuhan kesucian Ilahi, keberkahan Allah, kasih sayang-Nya, serta melibat Allah dalam aktivitas kita, dan menjadikan aktivitas kita itu atas nama Allah, demi Allah, dan hanya ditujukan untuk Allah. Semoga Allah menguatkan kita bersama untuk menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Amin.

 

(M Subhi Ibrahim;  Dosen Universitas Paramadina Jakarta; Bahan  dari :  https://www.beritasatu.com/ramadansatu/ramadan/626323/hakikat-mengucap-basmalah)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close