Batuan Dan Debu Bulan Akan Diubah Jadi Oksigen
(cnnindonesia.com)- JAKARTA, Perusahaan Inggris Metalysis memenangkan kontrak Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mengembangkan teknologi yang dapat mengubah debu dan bebatuan di Bulan menjadi oksigen.
Teknologi itu juga melepaskan kandungan aluminium, besi, dan logam dari bebatuan Bulan. Bahan mineral ini bisa untuk membangun infrastruktur di permukaan Bulan. Jika berhasil, cara ini bermanfaat bagi program di Bulan. Sebab, ESA tidak perlu mengangkut oksigen dan bahan bangunan dari Bumi bakal menelan biaya yang sangat besar.
“Apa pun yang Anda bawa dari Bumi ke Bulan adalah beban tambahan yang tidak ingin Anda bawa, jadi jika Anda dapat membuat bahan-bahan ini di tempat itu akan menghemat waktu, tenaga dan uang,” kata direktur Metalysis, Ian Mellor, seperti dikutip The Guardian.
Analisis bebatuan yang dibawa kembali dari bulan mengungkapkan oksigen membentuk 45% dari berat material. Sisanya adalah besi, aluminium, dan silikon. Dalam karya yang diterbitkan-2020, ilmuwan Metalysis dan Universitas Glasgow menemukan mereka dapat mengekstraksi 96% oksigen dari simulasi tanah bulan dan memisahkan kandungan paduan logam campuran.
NASA dan badan antariksa lain mempersiapkan lanjutan kembali ke Bulan, mereka akan mendirikan pangkalan Bulan permanen atau ‘desa Bulan’. Di sana, negara-negara akan berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk menciptakan infrastruktur penyangga kehidupan, seperti pembangkit energi hingga memproduksi makanan.
ESA disebut memberi pendanaan 9 bulan agar Metalysis menyempurnakan proses elektrokimia yang melepaskan oksigen dari debu bulan dan batuan dengan mengalirkan arus listrik melalui material itu.
Proses itu sudah digunakan di Bumi, tapi oksigen dilepaskan sebagai produk sampingan ekstraksi mineral yang tidak diinginkan. Untuk membuatnya berfungsi bagi penjelajah Bulan, oksigen harus ditangkap dan disimpan.
Berdasarkan kontrak itu, perusahaan akan mencoba meningkatkan hasil dan kemurnian oksigen, serta logam dari batuan sambil mengurangi jumlah energi yang dikonsumsi proses itu. Jika teknologinya tampak menjanjikan, langkah selanjutnya mendemonstrasikan ekstraksi oksigen di Bulan.
Oksigen yang dilepas dari permukaan Bulan dapat digabungkan dengan gas lain menghasilkan udara untuk bernapas, tapi juga merupakan komponen penting dari propelan roket yang dapat diproduksi di Bulan dan untuk mengisi bahan bakar pesawat ruang angkasa yang menuju ke luar angkasa.
Melansir Science Times, memakai simulasi Bulan yaitu JSC-1 untuk dapat mengekstrak 96% kandungan oksigen yang terbungkus debu. Sekitar sepertiga dari oksigen yang diekstraksi diperoleh berbentuk off-gas.
Studi itu didasarkan teknik yang disebut proses FFC-Cambridge. Proses itu memanfaatkan arus listrik dan bahan kimia. Butuh waktu lebih dari 50 jam untuk mencapai ekstraksi oksigen 96% dan 15 jam untuk mencapai ekstraksi oksigen 75%.
Dengan persentase pemulihan oksigen yang tinggi, proses FFC-Cambridge menunjukkan harapan besar untuk digunakan dalam misi luar angkasa di masa depan, asalkan lebih banyak penelitian untuk menyempurnakan pengaturan dan parameter eksperimental bekerja dalam skala yang lebih besar.
(jps/eks; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201109175506-199-567759/batuan-dan-debu-bulan-bakal-diubah-jadi-oksigen)-FatchurR *