Psikologi

Saat ia Berangkat

Serasa kemarin pria gagah itu jadi suamiku, ia pamit untuk tugas yang pantang ditampik ksatria, bertarung. Aku merasa isyarat perpisahan hebat. Ia memandangku dengan tatapan berbeda, menghujamkan pesan yang tak kufahami ke relung hatiku. Tangannya melambai lama. Saat ia menuju kereta perangnya, matahari tiba-tiba menutup diri, langit mengucurkan gerimis, halilintar menggelegar pilu di setiap sisi cakrawala.

Ini adalah pagi ke-17 peperangan di Kurusetra. Ia menunjukkan totalitasnya sebagai pahlawan. Ia berperang bagai singa terluka, dan selalu pulang ke rumah bak seekor merpati yang lembut. Pagi ini, pria berhati bersih itu kembali berangkat dengan hati yang tegar. Ia akan bertempur melawan Arjuna, saudara seibu, satu-satunya petarung yang bisa mengimbangi kepiawaiannya berperang.

 

Ia melangkah berwajah cerah dan senyum mengembang untukku. Tetapi aku lihat berbeda, pagi ini ia tak lagi menyandang Konta Wijayadanu. Senjata dewata itu dilepaskannya ke arah Gatotkaca. Ia telah memberikan baju zirahnya ke Dewa Indra yang menyaru. Ia tahu bahwa keputusan itu telah melemahkan setengah kekuatannya, tetapi ia bergeming.

Ia menghela kereta perangnya dengan gagah. Aku menatapnya lekat, tanpa terasa bulir-bulir hangat air mataku mengalir. Tadi malam suami baikku bercerita tentang kutukan Ramaparasu, bahwa jika ia berada dalam pertempuran antara hidup dan mati, maka ia akan lupa pada semua ajaran sang Resi.

 

Ia juga bertutur tentang kutukan Brahmana, bahwa dalam perang yang menentukan kelak roda kereta perangnya terperosok dalam lumpur. Aku berharap kutukan itu tak terjadi. Tetapi tak dapat kuingkari hatiku terpojok dalam belenggu ketakutan yang tak kutahankan. Air mataku terus mengalir.

Ibu Kunti telah membuka Rahasia jati dirinya dengan gamblang. Kini aku faham suamiku, yang selama ini dipandang rendah sebagai anak Adhirata si sais kereta, sesungguhnya adalah keturunan Dewa Matahari yang tak pantas terlunta. Ia lahir dari Dewi Prita, ibu para Pandawa.

 

Tapi pengakuan itu tak membuatnya berubah. Pria baikku merasakan kegetiran hati saat para Pandawa merendahkan asal-usulnya. Aku melihat Kunti menghiba agar ia bergabung dengan adik-adiknya para Pandawa. Namun bilur-bilur biru di hatinya mengunci mulutnya untuk tetap diam, sebuah sikap yang hanya bisa dimaknainya sendiri.

Aku tahu hatinya terpatri pada sumpah yang tak mungkin diingkari. Ikatan dengan Korawa adalah sebuah hutang budi. Korawa memberinya kehormatan, sebuah kedaulatan di Awangga. Maka aku memaklumi keputusannya bertarung di Baratayudha. Peperangan ini pembuktian pihak yang benar dan salah, dan pria baikku hanya martir yang harus siap dengan risiko terburuk sekalipun.

Suami hebatku, Adipati Karna, mungkin berada di medan keputusannya. Mungkin ia menemui kutukan jika rodanya terperosok lumpur. Mungkin Krisna memerintah Arjuna menghunus Pasopati saat suamiku berkubang memperbaiki roda keretanya.

 

Aku siap. Ia telah melepas Konta Wijayadanu. Ia melucuti baju besi dari badannya. Berarti ia siap dengan janjinya kepada Kunti, setelah perang ini anak Kunti akan tetap lima, entah dirinya atau Arjuna sebagai penggenapnya. Pergilah, Pahlawanku. Bertarunglah, Putera Matahariku, sekarang atau kelak kita pasti akan berpisah.

Malam ini aku bisa menorehkan baris-baris paling sedih.
Aku mencintainya, dan terkadang dia begitu juga.
Lewat malam-malam seperti inilah, kupeluk dirinya.
Kuciumi dia, lagi dan lagi, di bawah langit tak bertepi.

Dia mencintaiku, kadang-kadang aku pun begitu.
Bagaimana mungkin orang tak mencintai matanya yang indah dan begitu tenang?
Malam ini, aku bisa tuliskan baris-baris tersedih.
Berpikir bahwa aku tak memilikinya. Merasakan bahwa aku telah kehilangannya.

Mendengarkan malam yang tak bertepi, lebih tak bertepi lagi tanpa dia.
Dan syair jatuh ke dalam jiwa laksana embun jatuh ke huma.
Mengapa mesti jadi soal, bila cintaku tak bisa menjaganya.
Malam telah hancur dan dia tak bersamaku.

Sudahlah. Di kejauhan seseorang tengah bersenandung.
Jiwaku tak mau mengerti bahwa aku telah kehilangannya. (Galeri War Amor Patria)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close