Hati nurani dan kebaikan
Manusia sejatinya itu memang baik karena di dalam dirinya terdapat benih kebajikan. Sebab setiap manusia dikaruniai Hati Nurani sebagai sumber kebaikan yang diberikan oleh Tuhan. Itulah sebabnya manusia dalam kehidupannya sejahat apapun tanpa sadar pasti pernah melakukan hal yang baik. Kebaikan yang dilakukan itu secara spontan tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya itulah kebaikan yang sesungguhnya.
Sebaliknya kita yang merasa orang baik, tak jarang justru melakukan kebaikan itu dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah agar dianggap orang
baik. Ada udang di balik batu istilah kerennya. Dengan kebaikan yang kita lakukan seringkali masih terbersit keinginan untuk mendapat status orang baik. Butuh pengakuan. Padahal kebaikan sebagai manusia sejatinya adalah kealamian kita sebagai manusia.
Tanpa kita sadari, atas keingingin status ‘orang baik’ justru membuat kita lupa akan esensi berbuat baik itu sendiri. kebaikan yang kita lakukan dengan nilai-nilai yang semu. Ada pamrih yang berlebih. Layakkah kita disebut orang baik?
Mereka yang orang-orang baik sejati tak akan memikirkan status sebagai orang baik. Itulah sebabnya dalam melakukan kebaikan akan sangat alami sekali. Tiada beban dan dibuat-buat, sehingga apapun balasan atas kebaikannya tidak akan dapat menghentikannya untuk berbuat baik.
Mereka tidak peduli kebaikannya dihargai atau tidak dianggap. Bahkan mendapat balasan hinaan tak akan menggetarkan untuk terus hidup dalam kebaikan. Disinilah peran agama, bukan yang lain. Apalagi sampai ada yg meniadakan faktor agama bila seseorang melakukan kebaikan. Karena kebaikan itu datangannya dari Tuhan pencipta kebaikan/kebenaran. (Pak Oto)-FR