Psikologi

Mengikuti tarian kosmik

Kelompok ahli teologi Barat menerangkan teologi di depan sejumlah zen master di Jepang. Setelah menerangkan, mereka minta agar zen master menjelaskan teologi mereka. Salah satu zen master menjawab: “Kami tidak punya teologi, kami hanya menari dengan tiap tarian kosmik di saat ini”.

Gagal Menari
Banyak penderitaan disebabkan kegagalan bergabung dengan tarian kosmik. Yang sederhana mau kaya, yang kaya mau bahagia. Yang anaknya kecil mau anaknya cepat dewasa, yang anaknya suka menggambar mau anaknya pintar matematika. Intinya cuma satu, tarian kosmik saat ini ditolak, lalu seseorang menolak untuk ikut menari.

Tegang, stres, sakit menjadi buah kehidupan kemudian. Sebagian kecil orang melakukan kekeliruan berbahaya dengan cara narkoba, seks bebas dan bunuh diri. Ciri yang melalui jalan berbahaya ini sederhana, kehidupan menari (mengalir) tapi seseorang menolak untuk ikut menari. Keadaannya mirip salju di sungai. Air mengalir, salju kaku membeku.

Memaksa agar hidup sesuai kriteria pikiran (fixation), melekat dan menggenggam agar kehidupan sama dengan keinginan (addiction), itu dua ciri manusia gagal menari. Pendidikan-pengalaman-keberhasilan adalah sebagian sebab yang berada di balik itu. Dan apa pun sebabnya, tidak ada pilihan agar keluar dari sakitnya penderitaan, selain belajar menari.

Belajar Menari
Lebih dalam dari pendidikan-pengalaman-keberhasilan, yang bertanggung jawab pada kegagalan untuk menari adalah alam bawah sadar. Semua tidak mau marah, tapi sebagian manusia pemarah. Semua tidak mau bad mood, tapi tanpa diundang kebosanan, kejenuhan kerap datang. Beginilah cara alam bawah sadar mengingatkan manusia kalau ia ada di sana.

Orang biasa umumnya lari dari tanda alam bawah sadar ini. Ada yang lari ke makanan, minuman, hiburan, dll. Itu sebabnya alam bawah sadar datang lagi dan lagi. Sigmun Freud menyebut, alam bawah sadar adalah tumpukan perasaan yang tidak diekspresikan, terutama tatkala manusia berumur antara 0-10 tahun. Carl G. Jung lebih dalam lagi, melalui konsep archetypes, ia bercerita kehidupan melingkar sempurna seperti bulan purnama.

Bila Freud menyarankan agar emosi diekspresikan secara sehat melalui menulis buku harian, berdialog, mendalami pengertian tentang kehidupan, Jung lebih dekat dengan pendekatan mengalir atau menari bersama tarian kosmik saat ini. Dalam bahasa ahli mitologi Joseph Campbell, pendekatan Freud lebih bersifat autobiografis, pendekatan Jung lebih bersifat biologis.

Tarian Senyuman
Sejujurnya Freud dan Jung saling melengkapi. Dan di jalan meditasi-khususnya di tingkat kesempurnaan, bukan di tingkat pertumbuhan-apa pun berkah di saat ini disarankan berputar di lingkaran yang sama: “terima, mengalir, tersenyum”. Khususnya karena semua adalah tarian kesempurnaan sama.

Di kepulauan Melanisia tarian ini disebut mana, di Hindu disebut sakti, di bahasa universal ia disebut energi. Dan sebagaimana dicatat rapi di fisika, energi itu tidak bertambah tidak berkurang. Kesuksesan, pujian tidak melakukan penambahan. Kegagalan, makian tidak melakukan pengurangan. Yang tersisa kemudian hanya tarian senyuman. Senyuman pengertian bahwa semua mengalir dan menari sesuai dengan hukumnya.

Sampai di sini, kehidupan bukannya datar dan membosankan. Sekali lagi bukan. Bagai air yang alaminya basah, gula yang alaminya manis, orang yang sampai di sini secara alamiah akan penuh kasih sayang. Dalam bahasa Nelson Mandela: “orang boleh mengambil apa saja dari saya, tapi tidak saya izinkan mereka mengambil kebaikan hati saya”.

 

Dalam ungkapan zen master, ia sudah menari dengan tarian kosmik di saat ini mirip dengan burung putih di salju. Menyediakan tangan pertolongan di keramaian, tapi sedikit yang mengetahuinya. (Prasetya B. Utama; Gde Prama; http://gedeprama.blogdetik.com/2013/11/29/tarian-kosmik/)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close