Ke Cianjur mampir masjid Darussalam
Bebetapa waktu lalu, aku sempatkan ikut rombongan ke Cianjur, tentu lewat rute lama gea. Mulai keluar tol Padalarang arus kendaraan dari Bandungi dibelokkan masuk melingkari jalan Kotabaru Parahiyangan baru belok kekiri melewati kota Padalarang yg terkenal sering muacet itu.
Rasanya aku menjadi asing melewati rute ini, yang dulu penuh hijau pepohonan sekarang penuh bangunan warung, bengkel, dan pabrik kapur. Jalan ke Goa Pawon saat berangkat dan pulang juga nggak ketemu, entah tertutup apa, dan satu lagi, penjual jambu ” lilin” tak kelihatan lagi.
Betul2 jaman banyak berubah termasuk diriku yang tambah tua tanpa kusadari. Dulu saat jalan tol belum ada, hampir tiap ke Jakarta dipastikan lewat Cianjur, Puncak baru ketemu tol Jagorawi.
Cerita ini usang, tetapi rasanya gatel dan agak nelangsa saat lihat banyak rumah dengan halaman luas, kosong dan kumuh disepanjang jalan.
Tidak adakah inspirasi PEMDA untuk menghidupkan suasana ini dengan penempatan produk UKM seperti keramik Cirata, tanaman2 hias seperti yang ada di Puncak. Satu hal yang menyenangkan tatkala kami mampir di Masjid Darussalam menjelang kota Cianjur.
Aku begitu salut pada inisiatip pengelolanya yang ramah, memandu parkir, menyediakan minuman kopi, sampai mau membelikan kelapa muda yang dicampur dengan gula aren, semuanya asli tanpa unsur kimiawi dan sueger sekali.
Sebenarnya aku masih ingin nulis tentang kota Cianjur tapi belum ada ilham. Semoga akan kudapat suasana berbeda bila suatu saat ada kesempatan naik KA Bandung Cianjur. Insya Allah. Salam akhir pekan, sampai ketemu lagi semalam di Cianjur. (narto).
Tambahan dari TR
Cerita di Masjid Darussalam belum lengkap Pak Narto, sepatu pengujung juga disemir, perlu ditiru di Masjid lainnya. (TjahjoR)-FR
Diimbuhi oleh ThW
Tak-inget2 kalau kita mbandingkan jalur Bdg-Cianjur-Jakarta 30 tahun yl dengan sekarang, jauh berbeda mbanget. Jutaan penduduk bertambah. Jutaan mobil bertambah pula. Puluhan ribu trafik mobil pilih lewat Tol Purbalenyi ketimbang lewat Cianjur-Puncak, atau Jonggol.
Banyak kenangan lama yg tetap eksis soto kudus di Soto Kliwon, Cisarua; Simpang Raya Puncak, gulai kepala ikan dr Rest.Sederhana, sate Shinta dan khusus perjalanan pulang menikmati bakmi jawa di Wisma Kompas di Puncak, dan masih ada pilihan Ikan Bakar Cianjur dan Warung Bu Haji (Cianjur).
Menyantap atau melewati restaurant atau warung itu membangkitkan kenangan lama (nostal-gila). Maaf, ada yg sedih, bila aku lewat Megamendung, Cisarua dan Cimacan(!), sore jelang malam banyak warga pendatang / (warga Timteng-?) yg sliweran. Dugaan mereka sibuk memburu & merundingkan “sesuatu”. Lama2 lumrah dan diterima(?).- (ThW)-FR