Sayur asem
31/12/15, Hari terakhir di tahun 2015, hari kedua ibu di Sleman. Beliau senang menikmati matahari pagi di teras rumah yang menghadap ke Timur Laut, sambil mengamati sesekali sepeda atau sepeda motor lewat. Saya sesungguhnya ingin beliau mengajari saya masak sayur asem, tapi tak sampai hati mengajak beliau ke dapur. Ibu menikmati sinar pagi yang hangat menyiram teras depan.
“Bu, sayur asem itu bumbunya apa?”, tanya saya, memancing.
“Sayur asem? Paling enak itu sayur asem kacang merah”, beliau belum menjawab pertanyaan saya.
“Di sini susah dapat kacang merah segar. Semua sudah kering. Hanya di super market ada kacang merah segar. Bumbunya apa bu?”, saya ulangi pertanyaan saya.
“Ya, hanya bawang merah, lombok hijau, garam dan asem”, jawab Ibu.
Dari pada mengganggu acara ibu berjemur, saya bawa ke teras, bawang merah dan cabe hijau, pisau dan telenan. Bawang merah segera beliau kupas kulitnya. Lombok di potong2 dengan tangan, 1,5 cm. Saya siapkan kobokan untuk tempat bumbu2. Saya keluarkan dari kulkas kacang panjang yang sudah di-potong2 dan dicuci bersih.
“Oh kacang panjang tho? Ini enaknya pakai daun iso”, kata ibu.
“Daun So? Jangan kuatir, ada bu!”, saya turun dari teras melangkah keluar pagar. Kebetulan di halaman depan rumah ada tanah kosong yang oleh pemiliknya diserahkan pemeliharaanya kepada saya, tumbuhlah sebatang pohon Mlinjo besar.
Daunnya banyak berjuntai kebawah. Saya petik beberapa ujung daun muda dan buah mlinjo yang lembut berangkai-rangkai. Ibu pilih hanya daun yang masih muda, yang lebih tua di apkir (Ini tentu tidak baik tapi saya tidak ada masalah dengan asam-urat). Tidak berapa lama semua bahan sudah siap dimasak, tinggal mulai masaknya.
Saya tidak perlu menunggu lama, ibu meninggalkan teras yang sudah mulai panas, menuju ke dapur. Bawang merah ditusuk seperti sate dan dibakar sampai sedikit gosong. Asem di kepal sampai padat ditusuk dan dibakar juga. Air dijerang secukupnya sampai mendidih.
Bawang merah dicemplungkan. Lanjut lombok, lengkuas menyusul ikut direbus, sampai cabe hijau itu betul-betul layu, barulah buah mlinjo muda yang masih untaian dicemplungkan. Taburan garam tahap pertama jangan terlalu banyak dahulu. Barulah kacang panjang dan daun dimasukan kedalam panci.
Saya perhatikan ibu begitu bersemangat dalam menjadi komandan. Ciri lamanya muncul kembali, tangan kiri tersangkut dipinggang belakang dengan telapak tangan menghadap keatas. Tangan kanan mengaduk panci.
Kadang2 mencicipi apakah garam sudah terasa? Kurang sedikit, tambah sedikit lagi baru puas. Instruksi2 mengalir. Saya hanya menjadi prajurit yang manut perintah boss. Istri saya yang pulang dari pasar, melirik dengan tersenyum. Rencana kami untuk membuat ibu sibuk di dapur, so far, berjalan baik.
Satu wanti2 ibu dalam masak sayur asam adalah saat memasukan komponen yang terpenting, yakni “asam”. Asam hanya boleh dimasukan detik2 terakhir tepat sebelum api kompor dimatikan. Itu sebabnya sayur asam masakan ibu itu bening, tidak keruh oleh serpihan asam, karena asamnya tetap menggumpal…… akhirnya saya peroleh juga rahasia resep sayur asam ibu. (Sadhono Hadi)-FR