Kaum Marjinal (TA 109)
Pada awal tumbuhnya Islam, banyak diminati dan didukung oleh pengikut2nya dari kaum yang terpinggirkan. Kaum miskin, budak, anak2 yatim dan kaum2 yang tertindas lainnya, merasa dekat dengan agama baru ini.
Yang utama disisi-Nya bukanlah kekayaan ataupun kebangsawanannya, melainkan bagaimana dengan tingkat taqwanya. Beberapa ayat-ayat Al Qur’an memperhatikan dan mengajarkan perlakuan yang baik kepada kaum miskin dan anak yatim.
Bahkan Allah menegur Nabi manakala beliau memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum, yang buta karena sedang dalam percakapan penting dengan pemuka-pemuka Quraisy yang berpengaruh. (QS Abasa 80:1-10). Rasul menyadari kekhilafannya dan sejak itu beliau selalu bersikap baik dan menyambut gembira kepada Ibnu Ummi Maktum.
Ibnu Ummi Maktum ini termasuk yang menempuh perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah. Menurut riwayat, orang buta itu bahkan pernah ditunjuk menjadi imam mewakili beliau manakala beliau meninggalkan Madinah.
Orang2 terkemuka suku Quraisy sering mengejek pengikut Rasul yang fakir-miskin. Allah membesarkan hati pengikut2 rasul dan menurunkan firmannya, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan”.(QS Asy Syarh 94:5,6). Ayat itu diulang 2x agar kaum2 yang tertekan lebih yakin adanya pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya kami berharap. Insya Allah. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR