Kok bisa ya? Kejarlah cintaku kau kutangkap
Sore baru saja menjelang. Di rumah Pak Johar (atau lebih tepatnya di rumah tempat Pak Johar kos, sekian puluh tahun lalu) ada beberapa orang temannya yang sedang mempersiapkan sedikit perayaan untuk kantornya beberapa hari kemudian.
Selepas maghrib mereka belum selesai, salah satu teman yang rumahnya dekat rumah itu pamit pulang. Selang beberapa menit, dia datang lagi ke rumah itu dan membawa beberapa orang lelaki, seorang diantaranya tentara (berpakaian dinas). Mereka memperkenalkan diri sebagai teman dari temannya Pak Johar tadi. Ternyata mereka orangnya sopan dan ramah. Maka suasana menjadi akrab.
Teman tadi keluar rumah lagi, dan tiba2 tak berapa lama, dia datang lagi bersama istrinya dan seorang gadis. Pak Johar dan kawan kantornya terkejut, banyak tamu tiba-tiba di rumah itu. Pintu rumah tetap terbuka, yang tentara mengobrol di ruang tamu dengan Pak Johar dan kawan dari kantornya.
Satu orang tamu lelaki muda dan wanita muda itu berbicara di ruang makan, ditemani istri teman tadi. Bukan hanya mereka berdua. Ternyata beberapa tamu tadi datang dari bagian kota lain, agak jauh dan dikawal tentara itu, tentu mengawal tidak resmi. Paling tidak kalau ada anak muda mau menganggu sungkan melihat pakaian dinasnya.
Sementara wanita muda itu datang dari rumah teman Pak Johar yang tidak jauh dari tempat itu. Lelaki muda itu berbicara dengan sang gadis dengan perlahan, setengah berbisik. Sang wanita muda nan cantik itu berbicara sambil menangis.
Suasana menjadi haru, karena adanya tangisan itu. Namun juga menegangkan bagi Pak Johar, sebab tiba-tiba ada tentara di rumahnya. Ada apakah gerangan ? Begitulah yang ada di benak Pak Johar. Belakangan dia tahu semuanya. Begini ceritanya.
Oh ya, perlu diceritakan bahwa saat itu telepon masih langka, apalagi telepon genggam ya jelas belum ada, makanya komunikasi lebih banyak dilakukan secara langsung.
Alkisah, ada dau sejoli menjalin cinta, sebut saja namanya Rama dan Sinta. Mereka berencana untuk meningkatkan status pertemanan ke jenjang perkawinan. Namun ada kendala, orang tua Sinta tidak setuju anak gadisnya menikah dengan Rama, pemuda itu.
Sang gadis sudah menjelaskan kepada ayahnya dari A sampai Z, namun sang ayah tetap melarangnya. Mereka kemudian sering bertemu secara sembunyi2 untuk merencanakan pernikahannya. Tentu mereka tetap memegang batas kesopanan dan adat ketimuran.
Kata Rama, kalau agama kendalanya, dia bersedia pindah agama sesuai agama gadis yang dicintainya, Sinta. Namun orang tua tetap tidak bisa menerima. Sang Rama, demi besarnya cinta, bahkan sudah merencanakan membawa lari gadis, bukan hanya ke pulau lain, di lingkup Indonesia, tapi akan membawanya terbang ke negara lain, karena dia mampu secara ekonomi.
Entah orang tua sang gadis mengetahui rencana itu atau tidak, namun suatu hari dia berkata kepada anak gadisnya :” Kalau kamu kawin lari, akan Bapak cari ke manapun kamu pergi. Kalau perlu biaya besar, rumah dan sawah akan Bapak jual semua, untuk biaya mencarimu. Kalau toh kamu tetap tidak kutemukan, Bapak akan bunuh diri”.
Mendengar ancaman ayahnya tentu Sinta menjadi bingung. Di satu sisi dia sangat mencintai Rama, namun di sisi lain dia juga mencintai ayahnya. Kalau dia nekad kawin lari, atau kawin tanpa restu orang tua, dia membayangkan ayahnya akan bunuh diri dan itu sangat tidak dikehendakinya.
Kini gerak gerik Sinta justru mulai diawasi oleh orang tuanya. Tidak secara langsung, namun melalui sanak saudaranya. Kalau melihat Sinta pergi atau menemui Rama dilaporkan kepada orang tua Sinta.
Kembali ke rumah itu.
Siang itu Sinta dari tempat kerja langsung ke rumah teman Pak Johar yang tidak jauh dari situ. Sehabis maghrib Sinta diajaknya ke rumah Pak Johar, bersama istrinya. Sementara Rama dan beberapa orang datang dari tempat yang agak jauh dan memakan waktu satu jam perjalanan dengan kendaraan.
Rama dan Sinta masih berbicara perlahan, isak tangis masih mewarnai sunyinya malam. Pada saat itu Pak Johar merasa tidak enak, sebab siapa tahu ada mata2 orang tua Sinta yang melihat Rama dan Sinta di rumahnya. Maka suasana akan bisa berbahaya.
Di ruang tamu, Pak Johar bersama teman kantornya berlatih main sulap untuk acara di kantornya. Sang tentara ikut berlatih dan banyak memberi ide dan masukan, dia lebih cekatan. Kadang mereka tersenyum, kadang tertawa. Namun Pak Johar merasa, suasana makin mencengkam; KBY. Kok bisa ya ? (Widartoks 2016; dari grup FB-ILP)FR