Psikologi

Jangan kalah pada kisah Harimau dan prajurit ini

(Andrie Wongso)-Konon di sebuah Kerajaan, Sang Raja kegemarannya tak lazim, yakni mengukur kehebatan prajuritnya dengan mengadu mereka di arena aduan dengan hewan buas. Banyak tentara tewas sia2 karena kesenangan yang mengerikan dari Raja. Tak ada yang berani menentangnya. Menentang berarti mati.
Suatu ketika, hari aduan kembali tiba. Telah disiapkan prajurit dan hewan buas. Dari kejauhan, terdengar suara raungan marah dan lapar seekor harimau, sehingga membuat siapa pun yang mendengar menjadi ciut nyalinya, apalagi prajurit yang akan diadu.

Setelah raja duduk, seorang prajurit melangkah masuk arena aduan dengan pasrah sembari berdoa, siapa tahu keberuntungan di pihaknya dan tak perlu meregang nyawa. Lalu pintu kandang harimau pun dibuka. Harimau mengaum sambil melangkahkan kakinya masuk ke arena dengan waspada.

Aroma ketegangan menghiasi suasana. Prajurit menyiapkan diri bertahan dari serangan harimau. Sebuah keanehan terjadi. Harimau yang ganas itu tidak segera menyerang dan makan mangsanya, tapi dia berputar meng-endus2 mengitari si prajurit tanpa menunjukkan sikap bermusuhan sama sekali.

Anehnya, harimau justru berusaha mendekat ke prajurit yang siap melawan harimau. Prajurit makin heran dengan tindakan harimau yang menjulurkan lidahnya dan menjilat kaki si prajurit tanpa bermaksud menyakiti. Arena aduan pun menjadi heboh.

Raja memerintahkan bawa si prajurit ke hadapannya. “Prajurit. Apa yang kau lakukan ke harimau kelaparan itu sehingga dia tidak melahapmu, malah seakan tunduk dan menghormatimu? Ilmu apa gerangan yang kamu pakai? Segera beritahu rajamu ini” perintah sang raja.

“Hamba juga tidak mengerti yang terjadi. Hamba pasrah sembari bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Tetapi, setelah melihat harimau yang tiba2 mendekati tanpa ingin menyerang, hamba juga segera menghentikan niat hamba mempertahankan diri.

Saat itu, hamba teringat peristiwa. Dulu, hamba pernah menyelamatkan dan mengobati harimau kecil yang diburu dan terluka. Dan mungkin, harimau itu adalah harimau yang sama yang ada di arena tadi. Kebaikan masa lalu yang telah hamba perbuat dan tidak pernah hamba ingat, telah menyelamatkan hidup hamba.”

Kisah di atas adalah gambaran nyata dari pepatah “kita menuai apa yang kita tanam.” Dan, meski cerita tadi sulit dipercaya, tetapi peristiwa semacam itu bisa terjadi di kehidupan nyata. Semua hal tersebut berhubungan dengan hukum universal tentang sebab-akibat.

 

Walaupun kita lupa pernah berbuat baik, tapi hukum Tuhan tidak pernah lupa. Pada saatnya kelak, kita pasti menerima kebaikan2 yang sepadan, bahkan melebihi yang pernah kita lakukan. Juga sebaliknya. Kita boleh saja lupa pernah berbuat jahat pada orang lain.

 

Namun, bila saatnya telah tiba, kita pasti akan menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatan kita. Hal itu sejalan dengan keyakinan dan ajaran yang harus kita praktikkan, yaitu menjauhkan diri dari berbuat kejahatan yang merugikan orang lain dan selalu berbuat baik dan membantu sesama makhluk.
Marilah terus menanam kebaikan di setiap kesempatan yang ada, pada lingkungan terdekat dan pada sesama. Niscaya, kita akan mampu menjalani hidup dengan penuh kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan. http://najwahafidzh.blogspot.co.id/2013/04/kisah-harimau-dan-prajurit-oleh-andrie.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close