Tel-U Raksasa Pendidikan Baru-4 (ME 017)
Mantan Rektor Unhas yang sederhana tapi berwibawa itu, bergegas bangkit dari kursinya dan menyambut tamunya dengan ramah. Almarhum pak Walinono, menawarkan minuman dengan penuh tanda tanya dalam kepalanya, apa gerangan maksud tamunya menemuinya,
Setelah keduanya duduk di kursi tamu tua namun masih nyaman itu, pak Nas memperkenalkan diri dan sedikit menguraikan kondisi perteleponan nasional. Kemajuan teknologi telekomunikasi, satelit dan lainnya. Barulah masuk ke inti permasalahan, “Begini Prof.”, kata pak Nas, sambil melepaskan punggungnya dari senderan kursi dan duduk tegap dengan sikap sempurna.
Diceritakan maksud kedatangannya, bahwa Telkom kesulitan mendapat supply tenaga dari perguruan2 Tinggi yang ada. Era digital yang maju pesat butuh tenaga siap pakai dengan kurikulum sesuai kebutuhan jaman. Pak Nas menyampaikan keinginan Telkom membuka Sekolah Tinggi Telekomunikasi beserta perlengkapan Laboratorium modern yang tidak dimiliki Perguruan Tinggi Elektro dimanapun di tanah air.
“Itu baik sekali. Sampai 10 tahun ke depan-pun kami tidak mampu membuatnya”, kata pak Walinono.
“Itu mahal”, sambung Profesor yang berkulit gelap berkumis tebal itu.
“Lagi pula lulusan Elektro 1 tahun tak sampai 100 dari seluruh universitas yang ada”, beliau menjelaskan.
“Karena ini bidang study baru, kami mohon ijin membuat kurikulum sendiri, Prof.”, jawab pak Nas.
“Silahkan, harus ada mata kuliah standard dengan SKS tertentu, seperti Panca Sila dsb”, kata pak Dirjen.
“Tentu pak.”, pak Direktur Perlengkapan/Pembangunan itu menarik napas lega.
Mission accomplished, sebagian tentu. Tapi ijin sudah dikantongi itu tahapan terpenting untuk Sekolah Perwira Telekomunikasi itu. Tahapan berikutnya adalah lokasi. Dimana sebaiknya sekolah itu berada?
Bandung Utara tidak mungkin, Prof.Otto Soemarwoto, mengeluh, makin padatnya penduduk di kawasan Bandung Utara. Bila tidak terkendali, akan rusak lingkungan cekungan Bandung. Pilihan paling mungkin kawasan bekas Stasiun Radio Pemancar di Dayeuh Kolot Palasari, Bandung Selatan.
Teknologi Radio Frequency sudah lama ditinggalkan oleh Telkom. Transmisi sekarang sudah era Microwave, Satelit, bahkan Optical Fibre. Tinggalah disana hanya besi-besi menara yang masih menjulang keangkasa.
Masalahnya kawasan itu adalah kawasan industri. Pabrik dan industri kota Bandung dipusatkan di kawasan itu. Apakah mungkin pemda setempat mau memberikan ijin untuk sebuah Kampus? (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR