Industri Kerajinan Jadi Sektor Prioritas
(cnnindonesia.com/ekonomi)-Kemenperin menetapkan industri furnitur dan kerajinan sebagai salah satu sektor prioritas. Alasannya, furnitur dan kerajinan mampu menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, berorientasi ekspor, dan menyerap banyak tenaga kerja.
Sekjen Kemenperin Haris Munandar mengungkapkan ketersediaan sumber bahan bakunya cukup, berupa kayu, rotan, dan bambu. “Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memproduksi furnitur dan kerajinan berpotensi dikembangkan jadi market leader dalam ekspor” ujarnya (12/3).
Kemenperin mencatat 140 ribu unit usaha yang bergerak di sektor industri furnitur menyerap tenaga kerja 436 ribu orang dan nilai investasinya Rp5,8 triliun (2015). Bahkan, membawa Indonesia menjadi negara eksportir ke-5 di dunia di sektor furnitur. “Industri kerajinan, Indonesia memiliki 1,32 juta orang tenaga kerja yang diserap sekitar 696 ribu unit usaha” imbuh Haris.
Melansir data BPS, (November 2017), nilai ekspor produk furnitur nasional US$1,25 miliar. Nilai ekspor produk kerajinan sepanjang 2017 tembus US$776 juta atau tumbuh 3,8% dari 2016, yakni US$747 juta. “Semua potensi itu harus didukung program promosi dan upaya penetrasi pasar domestik, serta global, secara terintegrasi dan berlanjut, online (daring) dan offline“.
Salah satu upaya promosi melalui online, melalui program e-smart IKM yang bersinergi dengan beberapa market place dalam negeri. Sampai 2017, pelaksanaan program e-smart IKM melalui kegiatan pelatihan diikuti oleh 1.730 pelaku usaha. Ia ingatkan, pemasaran offline tak dapat dipandang sebelah mata, karena kelebihan yang tak dapat digantikan, yakni pembeli dapat melihat jenis dan kualitas produk.
“Selain itu, pembeli juga dapat bertemu langsung dengan pelaku IKM, sehingga proses negosiasi lebih mudah untuk dilakukan,” paparnya.
Kinerja IKM
DirJen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menuturkan IKM2 menunjukkan kinerja kinclong. Contohnya, nilai ekspor komoditas perhiasan 2017 mencapai US$2,6 miliar. “Nilai ekspor IKM batik juga menunjukkan angka yang positif sebesar US$58 juta pada 2017,” ungkapnya.
Saat ini, industri batik didominasi sektor IKM di 101 sentra di Jateng, Jabar, Jatim, dan DIY dengan tujuan utama pasar ekspor ke Jepang, AS, dan Eropa. Kemenperin mencatat kontribusi industri alas kaki dalam negeri meningkat jadi Rp26,5T dengan sumbangsih terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2,4%.
Ekspor industri alas kaki tembus US$4,9M (2017). Dengan produksi mencapai 1,1M pasang, menempatkan Indonesia sebagai produsen alas kaki terbesar no. 4 di dunia, setelah China, India, dan Vietnam. (bir; Â Sah; Bahan dari :Â Â (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180312091228-92-282215/kemenperin-tetapkan-industri-kerajinan-jadi-sektor-prioritas)-FatchurR