Dirumah Saja Belajar Telat Dari Italia
Di Rumah Saja; Di Rumah Saja; Di Rumah Saja; Mengapa?
Belajar Telat Lockdown Dari Italia
Belajarlah dari negeri Cina hingga Italia.
Hari itu Italia lockdown seluruh negara. Padahal pemerintahnya sudah sangat cepat mengambil keputusan, tapi karena rakyatnya bandel, situasi terus memburuk. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?
Apa yang bisa kita jadikan contoh agar tidak terulang di sini?
Rangkuman ini berasal dari tulisan orang Italia.
Dipersingkat dan dilengkapi data agar lebih mudah dipahami.
Tahap 1.
Kasus pertama diumumkan. “Ah itu cuma flu, apa pentingnya pake masker? Orang-orang ini cuma lebay. Saya kan sehat, gak bakal ketularan. Gak perlu panik.”
Tahap 2
Jumlah positif corona mulai signifikan. 75 orang. Tanggal 22/2/20 beberapa kota kecil mulai dikarantina.
“Ah cuma beberapa yang kena. Yang matipun orang-orang tua saja yang emang udah punya penyakit. Hidup seperti biasa aja lah, pacaran, nongkrong bareng temen, jalan-jalan ke mal tetep lanjut.”
Tahap 3.
Jumlah kasus meningkat dengan cepat. Berlipat ganda dalam 1 hari. Kematian bertambah.
Tanggal 7/3/20 Sejumlah 5.067 kasus positif, zona merah diberlakukan. Wilayah yang dikarantina hampir 25% dari luas italia. Sekolah dan universitas tutup.
Tapi tempat kerja, bar dan resoran dll masih buka. Lalu.. sekitar 10 ribu orang kabur dari zona merah sebelum resmi di berlakukan. Ini nanti akan memperburuk situasi.
Sementara itu 75% wiilayah lain masih menganggap enteng corona. Anjuran mencuci tangan ada dimana-mana. Tapi sekedar anjuran dan tak banyak yang melakukan.
Tahap 4
Jumlah kasus sangat meningkat. Sekolah dan universitas ditutup di mana-mana setidaknya selama sebulan. Darurat nasional berlaku. Rumah sakit menambah kapasitas, seluruh kamar dibersihkan untuk memberi ruang bagi pasien coronavirus.
Tapi tidak ada cukup dokter dan perawat. Para pensiunan dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir dipanggil. Bekerja sebisanya. Dokter dan perawat mulai terinfeksi, lalu menyebarkannya ke keluarga mereka.
Ada terlalu banyak kasus pneumonia, terlalu banyak pasien perlu ICU, tapi ruangannya sudah habis. Ventilator habis. Pada titik ini seperti kondisi dalam perang: dokter harus memilih siapa yang akan diobati berdasarkan peluang bertahan hidup.
Itu berarti pasien lanjut usia dan punya penyakit bawaan seperti hipertensi/stroke tidak masuk prioritas.
Orang-orang mati karena tidak ada ruang lagi.
Dokter menyerah, setiap hari harus membiarkan sampai 3 orang mati karena gak ada alat dan ruangan. Suster menangis karena cuma bisa memberikan oksigen pada mereka yang sekarat.
Chaos : Sistem layanan kesehatan runtuh
Tahap 5
Ingat 10 ribu orang idiot yang lari dari zona merah ke seluruh Italia?
Iya..mereka menyebarkan corona ke 75% wilayah yang sebelumnya relative aman.
Tanggal 9/3/20 sebanyak 9.172 kasus. Seluruh negara red zone. Lockdown.
Orang-orang hanya dapat pergi bekerja, berbelanja bahan makanan, pergi ke apotek.
Semua bisnis masih dibuka karena jika tidak ekonomi akan runtuh, itu kebijakan pemerintah.
Mulai ada ketakutan.
Orang-orang mulai memakai masker dan sarung tangan.
Tapi tetap saja ada anak-anak muda yang merasa jagoan.
Pergi ke restoran rame-rame, hangout bareng, minum2 dsb.
Tahap 6:
2 hari kemudian, pemerintah Italia berubah pikiran.
Semua bisnis harus tutup: Bar, restoran, pusat perbelanjaan, semua jenis toko, dll.
Kecuali supermarket dan apotek.
Penyebabnya karena dalam sehari yang positif bertambah 2.313 kasus.
Total 12.423 penderita. Penduduk yang mau keluar rumah harus mendapat surat ijin.
Didapatkan dari pos pemeriksaan polisi yang disebar di berbagai lingkungan.
Yang melanggar kena denda 3,3jt.
Pasien positif yang tidak mau mengkarantina diri bakal dituntut dengan pasal pembunuhan. Hukuman 1 sampai 12 tahun penjara.
–
Dengan pemerintah yang mengambil kebijakan secepat itu dan setegas itu, Italia tetap menjadi negara dengan fatality rate corona tertinggi di dunia. 7.3%. bandingkan dengan Cina yang cuma 3,4%.
Dan hari minggu (15/3) Italia mencatatkan rekor jumlah kematian sebanyak 368 dalam satu hari. Jadi totalnya sudah ada 1.809 orang meninggal.
Tertinggi kedua setelah Cina
Sebagai gambaran, luas Italia itu kurang lebih 2x Pulau Jawa.
Penduduknya 64 juta, sementara penduduk Jawa 150 juta.
Di Italia Tanggal 22/2/20 jumlah positif corona 75 orang, 22 hari kemudian (15/3) jumlahnya jadi 24.747.
Di Indonesia 15/3 ada 117 positif corona. Entah berapa banyak jumlahnya 22 hari lagi kalau semua masih berjalan seperti ini. Yang sebagian masih bandel dan menganggap remeh.
Yuk, mulai dari diri sendiri. Jaga kebersihan lalu isolasi diri dan keluarga. Tidak keluar rumah kecuali sangat penting. Bahkan batasi mengunjungi keluarga yang sudah sepuh.
Karena merekalah yang paling rentan dengan corona.
Tapi kan saya nggak kerja kantoran. Kalo nggak kerja nggak makan, nggak hidup?
Tapi Pak, kalo terpapar corona juga bahaya buat hidup bapak dan keluarga.
Ini saatnya memulai solidaritas. Yang mampu harus mulai membantu yang tidak mampu.
Semoga kita mulai menyiapkan ini. Ini adalah bentuk usaha dan doa kita.
Memaksimalkan ikhtiar sebagai bentuk penyempurnaan tawakkal kita pada Allah.
Semoga badai corona ini segera berlalu.
Hanya kepada MU ya ALLAH kami berserah.
(Bahan dari : Dari GWA sebelah)-FatchurR *