Aku cinta Indonesia

Inilah The Power Of Family

“Kak, bolehkah aku minta duit 400 ribu?”

“Buat apa, Dik?”

“Mau beli sepatu lari yang baru.”

 

Sang kakak ambil dompet, mencomot uang dari dalamnya. “Tapi kakak baru punya uang segini. Ambillah jika kamu mau.” Uang itu hanya separuh dari yang ia minta. Tapi mau apa lagi?  Lelaki (18) itu butuh sepatu baru. Untuk ikut kejuaraan. Kejuaraan yang kelak tanpa ia sadari, mengubah nasib hidupnya.

Akhirnya, uang itu pindah tangan. “InsyaAllah nanti aku ganti uang ini.”

 

“Tak usah kau pikirkan” kakak menepuk pundak adiknya. “Semoga sukses ya, Dik.”

Sang adik mengangguk lemah. Memeluk kakaknya agak lama. Berpamitan.

 

Laki2 sawo matang itu balik badan. Meninggalkan rumah (gubuk?) berdinding anyaman bambu. Dinding itu rapuh. Di sisi2nya ditutupi koran. Banyak bagian dinding rusak, hingga cahaya matahari tak sulit tembus seisi ruangan. Jangan tanya atapnya. Sama miris dengan dinding rumah itu. Tak ada plafon, hingga bila hujan deras, kita tak ragu air akan mudah membasahi lantai beralas tanah itu. Bocor.

 

“Baik2 di sana,” ucap sang kakak.

Si adik mengangguk. Langkahnya makin menjauhi tempat tinggal. Ke pusat pelatihan, sebelum nantinya akan terbang ke Finlandia, negara nun jauh di sana. Sekali lagi, tak ada yang mengira, langkah2 itu yang jadi penanda awal mula sejarah hidupnya, juga sejarah dunia OR atletik Indonesia.

***

 

Kamis subuh, 12/7/18, pukul 04.30 waktu Lombok, NTB, Baiq Fazilah menerima kiriman video di ponselnya. “Kak, aku menang”. Tulis sang pengirim video. Butuh beberapa waktu bagi Baiq Fazilah mendowload video itu. Dan setelah ia benar2 sadar yang ia lihat, Baiq Fazilah langsung bersujud syukur. Jantungnya berdegub kencang. Matanya basah.

 

“Zohri kirim video dari Finlandia lewat WA. Setelah saya lihat video itu, tiba2 saya menangis lalu sujud syukur.” Begitu pengakuan Baiq Fazilah saat diwawancara wartawan.  Dalam video itu, nampak Lalu M. Zohri, adik dari Baiq Fazilah, mengalahkan duo sprinter favorit asal AS; Anthony Schwartz dan Eric Harrison, dalam kejuaraan dunia lari 100 meter U-20, di Tampere, Finlandia.

 

Rasa haru cepat merambati hati sang Kakak. Ia ingat sebelum berangkat ke Finlandia, Zohri minta dibelikan sepatu sprint, sebab sepatu lama tak layak pakai. Ia lihat kerja keras adik saat mempersiapkan diri untuk ikut kejuaraan. “Dia suka lari sendirian di Pelabuhan Bangsal. Berlatih” ucap sang kakak.

Baiq Fazilah pun benar-benar menumpahkan air matanya saat mengatakan,

 

“Saat berlatih itu, dia tak pernah pakai alas kaki. Karena kami tak mampu membelikannya. Tapi Zohri tak banyak menuntut. Baru saat akan ke Eropa, dia minta 400 ribu. Buat beli sepatu lari. Hanya saya tidak pegang uang segitu. Saya cuma bisa memberi separuhnya. Entah sisanya dia dapat dari mana, mungkin dapat bantuan dari pelatih.”

 

Ya, sejak Ayah-Ibunya meninggal, kakak-lah yang mensupport Zohri untuk terus berprestasi di dunia atletik. Dia-lah yang meyakinkan Zohri bisa jadi yang terbaik. Dan kita lihat sendiri, keyakinan itu kini  nyata. Zohri jadi juara dunia lari 100 meter. Menjadi yang terbaik dari yang terbaik.

 

Mungkin Baiq Fazilah bisa memberi separuh dari yang diminta Zohri. Tapi di rumah berdinding anyaman bambu dan koran bekas itu, ia genapkan sisanya lewat dukungan serta doa yang tak henti2 dipanjatkan ke langit. Agar adiknya diberi kemudahan saat berlomba dan jadi kebanggaan keluarga.

 

Namun, bagi Allah, doa Baiq Fazilah terlalu remeh untuk dikabulkan. Sebab kini, adik bungsunya bukan hanya menjelma jadi kebanggaan keluarga, tapi juga jadi laki2 kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Ya, kami bangga padamu Zohri. (Muchtar AF; dari grup WA-VN; sumber : Fitrah Ilhami; https://plus.google.com/107633472417673884754/posts/2KGYfZg5esG)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close