Artikel

Atasi blank spot

Modernisasi jaringan mutlak dilakukan jika ingin mendapatkan layanan telekomunikasi yang dapat memuaskan pelanggan. Sampai sekarang tidak semua wilayah di Indonesia dapat menikmati layanan telekomunikasi secara memadai.

Di beberapa wialayah di Indonesia masih dijumpai adanya blank spot atau tidak adanya sinyal meski operator telah membangun sejumlah base Base Transceiver Station (BTS) di wilayah ini. menurut Sekjen Indonesia Telecomunication Users Group (IdTUG), Muhammad Jumadi mengatakan di Jawa saja masih banyak blank spot.

“Sebuah desa di Tegal tempat Presiden akan bekunjung kearin saya cek masih ada blank spot,” ujar Jumadi di Jakarta, Rabu (6/2).

Menurut Jumadi masih banyak blank spot di sentra-sentra ekonomi di pedesaan. Jika sampai terjadi blank spot jelas akan mengganggu petani, dan pedagang dalam melakukan transaksi di sana.

Jumadi menambahkan adanya blank spot membuktikan operator tidak patuh terhadap upaya pembangunan jaringan di seluruh wilayah. Jika di Pulau Jawa saja masih banyak terdapat titik blangspot dipastikan di luar jawa dan pulai-pulau kecil keadaannya akan lebih parah.

Ia menyambut baik langkah operator dalam memordernisasi jaringan, karena memang sudah saatnya dilakukan di tengah pertabahan pelanggan dan penggunaan layanan data yang membumbung tinggi. Namun demikian modernisasi jaringan jangan dijadikan marketing gimmick agar pelanggan tertarik.

Untuk menjaga kualitas jaringan sebaiknya Kementrian Telekomunikasi dan Informatika dan Badan Regulasi Telekomunikasi secara berkala melakukan drive test. Mereka harus mengumumkan adanya layanan yang kurang baik dan memberikan apresiasi jika memang baik.

Masalah layanan telekomunikasi yang kurang bermutu sekarang ini tidak lepas dari kurangnya frekuensi. Ia berharap lelang frekuensi 3G yang pendaftarannya ditutup Rabu (6/2) kemarin segera diumumkan pemenangnya agar operator dapat memanfaatkan untuk kepentingan pelanggan.

Menurut Jumadi dengan 11 operator ini sungguh tidak ideal dalam pemanfaatan spektrum frekuensi yang terbatas. Di satu sisi terdapat operator besar kekurangan frekusnei karena hanya menerimadan 5 Mega hertz padahal idealnya 20 Mega hertz untuk setiap operator.disatu sisi adanya yang bolong karena sedikitnya jumlah pelanggan.

Sebaiknya sekarang ini perlu dilakukan refarming atau lelang kanal ulang. Langkah ini tepat agar operator yang memiliki pelanggan banyak dapat memperoleh kanal frekuensi lebih besar. Selain itu, dia meminta agar dilakukan refarming bagi frekuensi yang dipakai untuk televisi berbayar yang penggunaannya kurang maksimal. “Cara ini memang merugikan tapi perlu dilakukan karena ke depan akan semakin banyak pengguna internet,” tambahnya.

Bagi operator yang memiliki pelanggan kecil dan kurang dapat memanfaatkan frekuensi yang didapat sebaiknya merger. Langkah ini perlu dilakukan agar frekuensi dapat maksimal dan industry telko berjalan sehat. hay/E-6

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close