Kesehatan

Memahami keajaiban enzyme

Hari itu 27/04/13, saya menghadiri puncak acara HUT YakesTel ke-15 di Halaman Gedung

Sate Bandung yang salah satu acaranya selain Ceramah dari dr Tan Shot Yen Mhum juga doorprize  dan membagikan (bonus) buku : “The miracle of enzyme” oleh Prof. DR. Hiromi Shinya MD kepada peserta terpilih.

 

Beberapa hari kemudian ada yang melontarkan sebagian isinya “Tentang susu sapi” melalui  Face Book  ILP (I love P2tel), milis Pensiunan dan perbincangan non formal. Mayoritas  mereka lebih mempertahankan kebiasaan lama, dengan argumentasinya. Padahal Mr. Sinya menulis atas dasar pengamatan-pengalaman 40 tahun sebagai dokter Ahli Bedah dan Gastroenterologis.

 

Berikut rangkuman dari tulisannya :

Di dunia ini tak ada makhluk dewasa masih minum susu kecuali manusia.  Perhatikan kerbau, sapi, kambing, ketika tidak anak-anak lagi tidak minum susu. Mengapa manusia menyalahi perilaku alami itu?

 

Prof Dr Hiromi (bukunya laris dan juga terbit berbahasa Indonesia berjudul sama menyatakan : “Itu karena pabrik susu terus mengiklankan produknya,”. Susu sapi adalah makanan- minuman terburuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Seperti anak sapi hanya minum susu sapi. Tidak ada anak sapi minum susu manusia.

 

Susu tidak baik karena berakibat osteoporosis. Susu itu benda cair, ketika masuk mulut langsung  ke kerongkongan. Tak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut, maka menyebabkan tugas usus makin berat. Sesampai di usus, susu menggumpal dan sulit sekali dicerna.

 

Agar bisa dicerna, tubuh harus mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang mestinya dihemat. Enzim induk itu untuk pertumbuhan tubuh dan pertumbuhan tulang. Karena enzim induk terlalu banyak dipakai mencerna susu, peminum susu lebih mudah terkena osteoporosis.

 

Prof. Hiromi adalah ahli usus terkemuka di dunia. Dia pertama kali yang mengoperasi polip dan tumor di usus tanpa membedah perut. Dia kini (70) sangat berpengalaman berpraktik kedokteran. Dia sudah memeriksa usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia USA dan Jepang.

 

Dia orang USA kelahiran Jepang yang selama sebagai dokter terus mondar mandir di dua negara itu. Setiap memeriksa usus pasien, Prof Hiromi meneliti  untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan-minum pasiennya. Dia hafal pasien yang ususnya berantakan pasti makan atau minumnya tidak bermutu antara lain susu dan daging.

 

Mengerikan lho bentuk usus orang yang asupan makanan/minuman “jelek”: Benjol, luka, bisul, bercak hitam, dan menyempit seperti diikat karet gelang. Jelek artinya tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Orang yang makanannya sehat / baik, ususnya digambarkan sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

 

Karena tugas usus menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dilakukan jika asupan  makanan tidak memenuhi syarat usus. Tidak saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap tidak banyak. Sehingga pertumbuhan sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh jelek, sel radikal bebas muncul, penyakit timbul, dan kulit cepat menua.

 

Makanan tak berserat seperti daging, menyisakan kotoran yang nempel di dinding usus: jadi tinja stagnan, lalu membusuk dan menimbulkan penyakit. Sehingga Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia menganjurkan makan daging itu cukup 15% dari seluruh makanan yang masuk.

 

Dia mengambil contoh, meski saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Dia minta kita menyadari jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak makanan seperti daging: Hanya 15% dari seluruh gigi. Itu berarti Allah menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15% dari seluruh makanan yang diperlukan.

 

Dkatanya, harimau yang hanya makan daging. Larinya kencang, tapi untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

 

Di samping pilihan makanan, Prof Hiromi memasalahkan cara makan. Makanan itu, harus dikunyah minimal 30x. Untuk makanan yang agak keras harus 70x. Agar bisa lebih lembut dan lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna.

 

Minum setelah makan bukanlah kebiasaan baik. Minum sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu. Kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ketahuan, berarti mengunyahnya kurang dari 30x.

 

Dia anjurkan sesudah makan tidak tidur sebelum 4-5 jam kemudian. Tidur itu, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang akan lebih sehat, panjang umur, awet muda, dan tidak gembrot.

 

Teori mendasarnya : Tiap tubuh telah diberi “modal” oleh Allah enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim- induk”. Enzim-induk ini tiap hari dikeluarkan dari “lumbung” untuk diubah jadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu.

 

Semakin jelek mutu asupan makanan, makin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing. Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak gampang sakit, dan langsing harus berhemat enzim-induk itu.

 

Kalau ditambah dengan selalu makan makanan segar (maksudnya semua makanan : mentah dan sudah dimasak) yang lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia mencontohkan besi, kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

 

Apalagi jika asupannya digoreng  minyak. Minyaknya aja merupakan masalah, makin bertambah jika minyaknya teroksidasi. Karena itu,jika asupan makanan yang digoreng saja kurang baik, akan makin parah kalau makanan itu lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, berbahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

 

Makanan yang direkomendasikan : Sayur, biji-bijian, dan buah. Ternyata terlalu banyak makanan  berprotein melebihi keperluan tubuh, maka tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya perlu kekuatan yang berasal dari lumbung enzim. Ngapain makan berlebih jika  mengolah makanan itu perlu menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya harus menguras lumbung enzim.

 

Prof Hiromi konsekuen dan serius  menjalani prinsip hidup seperti. Hasilnya, umur 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya mirip 15 tahun lebih muda. Sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Karena sesekali tidak apa-apa. Menurunnya mutu usus karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya terus-menerus atau terlalu sering.

 

Prof Hiromi menerapkan “pengobatan” seperti itu kepada pasiennya. Pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alami ini. Pasien yang gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya memuaskan.

 

Dokter banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh keseluruhan. Dokter jantung berfokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga spesialis lain. Pendidikan dokter spesialis menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

 

Orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah, begitulah kata  Prof Hiromi yang menggembirakan dari bukunya (Rangkuman dari  “The miracle of enzyme”)-Nantikan lanjutannya-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close