Kurang percaya diri
Alhamdulillah, kini banyak generasi muda yang aktif berorganisasi, tapi tak sedikit yang masih memiliki banyak kekurangan khususnya “Kurang Percaya Diri” (KPD) bila harus berbicara di hadapan rapat atau pertemuan.
Kadang ada yang iri bila melihat teman seorganisasi bisa menyampaikan sesuatu di hadapan rapat atau pertemuan dengan lancar, tenang dan mudah dipahami. Pertanyaannya, bagaimana cara mengatasi rasa KPD yang sering menghinggapi diri dan bolehkah rasa iri seseorang melihat kesuksesan orang lain ?
Berkaitan dengan masalah itu, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan :
Pertama, tidak sedikit orang yang ahli berbagai disiplin ilmu, tapi tak mampu menyampaikan dalam bahasa lisan bila harus berbicara di hadapan banyak orang, seperti yang kini dialami sebagian kecil generasi muda. Ada orang sangat lancar menyampaikan bahasa lisan, namun lemah jika menuangkan dalam bentuk tulisan.
Hal ini tentu saja banyak faktor penyebabnya, salah satunya adalah KPD. KPD ini akan berdampak pada timbulnya rasa takut bersalah dalam menyampaikan pendapat. Khawatir bila argumentasi yang dikemukakan kurang tepat, takut dicemooh dan atau takut bila tidak dihargai orang lain dan sebagainya.
Siapa pun termasuk diri kita, bisa mengatasinya dengan menanamkan keyakinan, bahwa diri kita mampu dan menguasai masalah yang akan dikemukakan. Dengan berdiri dan bisa tampilnya kita di hadapan rapat / pertemuan menunjukkan betapa orang lain meyakini, minimal percaya kemampuan kita.
Di samping itu, kita harus berupaya meyakinkan diri, tidak ada seorang pun di dunia ini yang sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Rasulullah Saw bersabda: “Setiap anak cucu Adam pasti memiliki kesalahan-kekhilafan. Sebaik orang bersalah adalah yang mau menyadari kesalahannya dan terus berjuang memperbaiki kesalahannya dan bertaubat” (Al Hadits).
Kedua, betapa bencinya Islam terhadap orang yang menyandang sifat “hasad”, dan betapa besar bahayanya keberadaan orang itu bagi kehidupan masyarakat, sehingga Allah SWT mengingatkan kita agar berlindung kepada-Nya dari kejahatan orang-orang yang dengki (QS. Al Falaq).
Bila di satu sisi Islam sangat membenci sifat “hasad”, maka pada sisi yang lain, Islam membenarkan seseorang memiliki sifat “munafasah” (bersaing/berlomba) yang tidak didasari oleh rasa iri atau benci dan tidak pula mengharapkan akan hilangnya kenikmatan yang ada pada diri orang lain.
Kelebihan yang ada pada diri orang lain secara positif mendorong dirinya berjuang keras memperoleh kelebihan yang serupa atau melebihinya (Al Muthaffifin: 26; Al Baqarah:148; Al Maidah:48). Bersaing dan berlomba yang dimaksud, tentu saja dalam kebaikan di jalan yang diridhai-Nya (Al Hadid: 21).
Lebih dari itu, menurut para ulama, “munafasah” dalam keimanan dan ibadah, wajib hukumnya. Semoga rasa iri kita melihat keberhasilan teman, kemampuan orang lain untuk tampil dengan tenang dan baik di hadapan rapat / pertemuan, bukanlah iri dalam katagori “hasad” atau negatif, tapi sekadar “munafasah” yang akan memacu semangat kita untuk memiliki kemampuan serupa atau bahkan melebihinya.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan ‘inayah-Nya kepada kita. Aamiin. (Written by Abu Muas Tardjono; http://new.drisalah.com/index.php/inspirasi/216-kurang-percaya-diri-adakah-solusinya.html)-FatchurR