Psikologi

Soetoko, Panglima AMPTT (1)

Tersebutlah para pejuang AMPTT terdiri  dari SOETOKO, bersama Slamet Soemari Tjokrowardojo, Joesoef, Agoes Samah, Nawawi Alif dan beberapa pemuda lainnya. SOETOKO dilahirkan sebagai anak sulung pada tanggal 18/05/1917 di Jakarta.

 

Tamat HIS di Pacitan 1932, SOETOKO melanjutkan di “Gouverments MULO” di Ngupasan, Yogyakarta. Tahun 1934 ia bekerja di Jawatan PTT sebagai Asisten Klerk PTT Semarang. Pada akhir Pemerintahan Hindia Belanda, berkesempatan mengikuti “ Bedijfsambtenaar Cursus” di Bandung.

 

Menjelang jatuhnya Pemerintahan Hindia Belanda (1942), di lingkungan pegawai di Kantor Pusat PTT Bandung, timbul pemikiran kemungkinan yang dapat terjadi di masa mendatang. PTT yang punya jaringan Pos dan Telekomunikasi pada hakekatnya merupakan pusat informasi yang penting.

 

Tak mengherankan kalau di antara mereka yang punya kedudukan, tergerak mendukung gerakan Kemerdekaan yang bergejolak di mana-mana untuk membebaskan dari penjajahan. Prakarsa tersembunyi tumbuh untuk memanfaatkan saat sejarah yang diperhitungkan akan tiba.

 

Pemakarsa-pemakarsa antara lain di lingkungan siswa-siswa PTT School, pengikut-pengikut “Controleur Cursus” dan “Bedrijfsambtenaar Cursus”. Meraka mengadakan pertemuan-pertemuan mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan jika Pemerintah Hindia Belanda kalah perang.

 

Ketika Belanda menyerah tanggal 8/3/1942, timbul prakarsa bulat yang dipimpin oleh MAS SOEHARTO yang dipandang sebagai sesepuh mengingat beliau satu-satunya putera Indonesia yang berpangkat dan berkedudukan tinggi pada jaman PTT.

 

Dalam temu bicara, SOETOKO membeberkan maksudnya melakukan pengambilihan kekuasaan di Kantor PTT yang dikuasai Jepang. Pada Jaman Pendudukan Jepang penderitaan Bangsa Indonesia yang tidak menentu.

 

SOETOKO dengan perhitungan yang matang mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengambil alih Kantor Pusat PTT dari tangan Jepang. SOETOKO menjadi kepala seluruh barisan Seinendan yang terdapat di Sekolah PTT, Laboratorium, Kantor Pos, Telegrap dan Telepon.

 

Pemuda2 PTT secara khusus latihan militer. Terbentuklah “Tsun Tai” (barisan Pusat PTT). Setelah SOETOKO menyelesaikan pendidikan “Bedrijfsambtenaar Cursus” dan “Yabin Kambu” Ia ditempatkan di Boeihambu (Dinas Perlindungan Bahaya Udara) di Kantor Pusat PTT. Ia mengepalai pula “Tsusin Tokubetsutai” (Pasukan Khusus PTT) yang terbentuk dari pemuda2 “ Tsusin Tai”

 

SOETOKO menyiapkan menghadapi peristiwa sejarah yang diperhitungkan. Pemuda2 PTT di luar Kantor PTT dibina melalui kesempatan mengatur strategi terselubung agar tidak diketahui Jepang. Pembuatan tanggul pengaman di sekeliling gedung Kantor Pusat PTT menandakan kedudukan Jepang makin tersudut oleh musuhnya.

 

Saat itu pasukan khusus PTT melakukan latihan tempur. Atas kejeliannya memanfaatkan situasi, SOETOKO berhasil mendatangkan satu regu pelatih Jepang yang memberi pelatihan menggunakan senjata ringan. Dengan memanfaatkan situasi dan kondisi tersebut pemuda-pemuda PTT makin dipersiapkan untuk merebut dan memanggul senjata pada waktunya.

 

Akhirnya saat yang dinantikan tiba tanggal 14/08/1945 Radio Tokyo menyiarkan, Pemerintah Pusat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Operator Telegrap yang memonitor siaran luar negeri dapat mengetahuinya dari pesawat radio yang tidak disegel di Kantor PTT. Bersambung …….. (Rizal Chan; http://mandorkawat2009.com/tag/kepada-soetoko-panglima-amptt/)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close