Empati kepada anak miskin
Jakarta – Lampu di Balai Agung, Balai Kota, Jakpus dipadamkan 2 jam pemutaran film “Jalanan”. Begitu lampu menyala, ekspresi Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama berkaca usa nonton film itu. Suara Ahok lirih. Dia menyalami dan menanyakan kisah hidup ketiga pemain utama, Titi, Ho, dan Boni, pengamen jalanan yang dihadirkan.
“Punya anak berapa? Kamu sudah kerja di mana?,” kata Ahok kepada ketiganya (20/5/2014). Ahok antusias meminta nomor kontak mereka dan bertukar pin BB. Dia ingin memberdayakan pengamen jalanan dalam event dinas provinsi. “Saya tak ingin ada razia penanganannya. Kita lakukan pendekatan dengan manusiawi,” katanya.
Ahok biasanya dikenal galak dan tempramen itu menunjukkan sisi emosinya. Dia mengaku terenyuh dengan kisah nyata potret kemiskinan di Jakarta itu. Banyak warga miskin yang berjuang keras demi mencapai cita-cita, sementara kaum kaya makin kaya. Celakanya, pelayanan aparat pemerintah yang bobrok makin memperburuk nasib mereka.
“Saya kasihan. Jakarta itu gap antara si miskin-kaya terlalu jauh. Masyarakat miskin di kota lebih susah dari di desa. Di desa ada kelapa jatuh kita tinggal makan. Kalau disini enggak bisa. Terus pemerintah seolah enggak ada hubungan sama rakyat. Lha terus kita ini ngurusin siapa? Ini harus diselesaikan,” kata Ahok.
Ahok menggagas pemutaran film itu untuk menggugah PNS di Pemprov DKI. Puluhan abdi negara berseragam coklat (camat – lurah-PNS di jajaran dinas dan walikota hadir, namun sebagian di antaranya berangsur pulang meski film belum selesai. Ahok minta agar film ini diputar di sekolah-sekolah untuk meningkatkan empati dan semangat para pelajar.
“Saya ingin menggugah semua (PNS), kamu rasain enggak film ini. Selama ini kita bekerja, buat siapa? Jangan-jangan itu hanya atas nama untuk rakyat. Ini penting, film ini mesti diputar supaya anak-anak sekolah makin sadar. Mudah-mudahan, koruptor sadar ada situasi begini,” ujar dia.
Film Jalanan berkisah kehidupan tiga pengamen yang berjuang hidup dengan mimpi masing-masing di Ibukota. Ada Titi, pengamen wanita punya 3 anak tapi bertekad untuk menggapai pendidikan, ada Ho yang bercita-cita membentuk keluarga yang baik, ada Boni yang bertekad untuk maju.
Kisah mereka didokumentasikan 5 tahun tanpa rekayasa (2006 – 2011). Banyak aspek ditunjukkan tentang kehidupan kaum marjinal dan pelayanan abdi negara. Film besutan Daniel Ziv itu memenangkan penghargaan Dokumenter Terbaik dalam Busan International Film Festival. (Nursidik Diksi-Gipo; http://news.detik.com/read/2014/05/21/210846/2588949/10/terenyuh-dengan-kehidupan-orang-miskin-mata-ahok-berkaca-kaca?9922022)-FR