Wisata dan Kuliner

Piknik mangrove Probolinggo

Muara Sampah diubah jadi Tempat Wisata. Dulu penuh sampah, kini jadi wisata bahari dan pantai. Di Probolinggo, ada wisata Kawasan hutan mangrove (mangroveforest) suatu kawasan konservasi, dan jadi kawasan hutan lindung penuh pohon bakau. Lokasi ini dikembangkan sebagai objek wisata alternatif menarik dengan nuansa yang berbeda.

Kawasan ini di Kelurahan Mangunharjo, Kec-Mayangan, menyajikan pemandangan hutan mangrove dan pesisir pantai indah dan sejuk tak jauh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pelabuhan Tanjung Tembaga. Tempat ini layak jadi sektor pariwisata berbasis bahari dan pantai yang menyenangkan.

Pada Tanggal 17/3/2013 investor-PT Beejay Sarana Hiburan bertemu Pemkot menyepakati kerja sama mengembangkan dan menawarkan konsep kawasan hutan mangrove di jadikan ekowisata. Ditandai dengan penandatanganan MoU oleh Direktur CV Beejay Sarana Hiburan Benjamin M dengan Walikota HM. Buchori di Taman Wisata Studi Lingkungan.

Benjamin Mangitung, salah satu investor asal Makasar yang bermukin di Surabaya menjanjikan potensi hutan mangrove 7 km disulap jadi wisata mangrove dan wisata bahari lengkap sarana resort tepi pantai, penyediaan restoran terapung, pengadaan sarana permainan air seperti parasailing, dan banana boat.

Dikembangkan pula sarana pemancingan dan pembudidayaan ikan, pengembangan pusat kegiatan ekowisata berbasis edukasi, hiburan dan riset tentang hutan mangrove sepanjang 1,5 km.
Pemanfaatan hutan mangrove ini sebagai kawasan wisata dengan resort, wisata air, kuliner, pembibitan dan penelitian ekosistem hutan bakau.

Lahan untuk wisata mangrove ini seluas 1.500 M2. Yang 500 meter di sisi barat untuk penangkaran suaka 500 Mt sisi timur untuk pembibitan dan sisanya untuk resort dan restoran “Mangrove dihijaukan lagi sampai ketebalannya 200 – 300 meter. ” , pa’ Benjamin.

Benjamin mengungkapkan, pertama kali dirinya datang di mangrove Maret 2010, tantangan besar yang menghadang yaitu banyak sampah diantara tumbuhan mangrove. Masyarakat sekitar, banyak yang membuang sampah sembarangan, kurang memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan.

“Pertama membuat bendungan untuk menghambat sampah dari kali Banger. Yang terbanyak sampah rumah tangga. Melihat keadaan itu saya bertekad membuat area ini dari tumpukan sampah menjadi tempat wisata, khususnya ekowisata. Saya ubah sampah di hutan mangrove menjadi emas,” ujarnya.

Wisata mangrove Probolinggo-1Ditemui redaksi Prasetya, Benjamin memamparkan, saat itu dibangun restoran terapung terbesar di Indonesia dengan menyajikan menu dasar sea food. “Dengan menggunakan dome 5 buah mampu menampung 500 pengunjung. Ditempat ini lebih indah saat air pasang.

Sore hari bisa menikmati matahari tenggelam dan angin pantai yang sejuk/’terangnya. Di resto ini dilengkapi dengan kipas angin besar untuk menghindari “mati angin” dimana bisa terjadi tidak ada angin sama sekali serta toilet yang bernuansa alam.

Kawasan hutan mangrove dileng¬kapi gazebo sebagai tempat istirahat pengunjung dan tempat me¬lihat pantai. “Sepanjang track kami diberi kesempatan pada masyarakat berjualan makanan ringan. Pembeli harus makan ditempat. agar tidak membuang bungkus makanan sem¬barangan,” jelasnya.

Ke depan jika tanaman mangrove sudah tumbuh tinggi, masyarakat bisa berperahu kedalam semak-semak menuju ke resort atau ke pantai. “Bisa anda bayangkan jika tanaman sudah tumbuh 1-2 meter pengunjung bisa berperahu diantara semak-semak,” ungkapnya.

“Mimpi besar saya menjadikan tempat ini ramai wisata siang-malam” harapnya. Caranya, mengadopsi pencahayaan seperti di Batu Night Spektaculer (BNS). Menempatkan lampion berbagai bentuk binatang dan animasi sepanjang jalan masuk sampai ke resort dan sejuta lampu kecil disebar di pohon mangrove. “Jika pohon itu tinggi lampu itu laksana kunang-kunang yang beterbangan,” imbuhnya.

Pihak Bee Jay memaparkan, kawasan wisata dihutan mangrove sepanjang 1.500 Mt di Kelurahan Pilang. “Kawasan barat sepanjang 500Mt untuk penangkaran satwa, 500 meter di timur untuk pembibitan mangrove, dan 500 meter di tengah-tengah untuk resortyang dilengkapi bungalow,” ujarnya.

Kawasan wisata itu dilengkapi : Pemancingan dan mendayung (berperahu). Investor membangun boom-boom car, wisata outbond, jalan setapak, hingga restoran terapung. Selain itu, pihaknya mengedukasi masyarakat untuk konservasi lingkungan, misal dengan bayar Rp 5000,- masyarakat dapat menanam tumbuhan mangrove dan diberi namanya sendiri.

“Selain tumbuhan kami lengkapi dengan sepatu boot, beberapa tahun kemudian mereka bisa melihat kembali tumbuhan yang ditanamnya,” tutur Benjamin. Selain itu kami mengedukasi anak-anak dengan menggelar cooking class dengan berbahan dasar ikan dengan diberi pengetahuan penting makan ikan.

“Mereka kita ajak masak ikan di buat nugget, lalu dimakan bersama. Yang tadinya tidak menjadi suka, sehingga gizi dan kecerdasan anak-anak meningkat,” paparnya. Pembanguan Bee Jay melibatkan masyarakat dan nelayan setempat di kawasan wisata terpadu.

“Masyarakat kami libatkan dalam pembibitan dan penanaman mangrove, Nelayan bisa menyewakan perahunya kepada pengunjung. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di restoran, kami membelinya dari nelayan setempat,” ujarnya.

Proyek wisata terpadu itu rampung 3 tahun “Jika mereka mau ke Bali melalui darat bisa singgah disini,”. Di akhir 2013, wisata ini bisa dikunjungi sambil terus dikembangkan. Untuk mengembangkannya, kendala di lapangan selain biaya juga faktor alam, pasang surutnya air. “Kami bekerja saat air surut,” kilahnya. Meski demikian, ini tidak menghalangi langkahnya untuk terus membangun impiannya.

“Saya tidak mengharap banyak dari masyarakat. Saya ingin hasil karya ini diapresaiasi dan dinikmati oleh pengunjung lokal-asing membuat kami bangga,” (http://jawatimuran1.wordpress.com/2013/06/16/wisata-mangrove-kota-probolinggo/)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close