Iptek dan Lingk. Hidup

Sukun makanan super

Liputan6.com, Sukun bukan makanan ndeso. Di Eropa, tenar sebagai ‘buah roti’ alias breadfruit. Para ahli yakin, ia ‘makanan super’. Dikenal dengan, Artocarpus altilis, sukun memiliki buah empuk kehijauan yang tak memiliki biji, dengan tekstur mirip kentang. Bisa dijadikan makanan utama atau jajanan.

Dulu, sukun jadi makanan pokok Jamaica. Kini buah itu membawa ketahanan pangan di pulau itu — yang mengimpor lebih dari setengah makanannya. Situs sains NewScientist melaporkan, sukun secara luas dikonsumsi di Kepulauan Pasifik. Dan lebih banyak sukun yang diproduksi dalam 1 HA dari pada beras, gandum, atau jagung.

Hanya sebuah sukun (3 Kg), cukup menyediakan karbohidrat dan makanan untuk sekeluarga 5 orang. Sukun digiling jadi tepung, digunakan dalam jajanan manis atau asin, termasuk pancake dan keripik. Buah itu kaya vitamin dan mineral, menjadi sumber karbohidrat dan protein bebas gluten. Protein buahnya mengandung asam amino lebih banyak daripada kedelai.

Diane Ragone dari Hawaii’s National Tropical Botanical Garden (NTBG) telah mempelajari tanaman sukun sejak tahun 1980-an — ketika orang-orang menilai buah tersebut hambar dan mengandung zat tepung. Selama ini ia telah meneliti ratusan varietas di 34 negara.

Bersama Nyree Zerega dari Northwestern University, Chicago, Dr Ragone melacak asal usul buah tersebut menggunakan analisis DNA. Kebanyakan buah telah ia periksa, termasuk sidik jari tanaman yang disebut kluwih yang tumbuh di New Guinea. Kluwih ini dianggap sebagai nenek moyang dari sukun.

Pada 2003, Dr Ragone mendirikan NTBG, institut yang intensif mempelajari sukun, di sebuah kebun di Pulau Maui. Para ilmuwan juga bekerja sama dengan yayasan amal, Alliance to End Hunger yang bertujuan mendistribusikan sukun ke pelosok bumi yang tak dilimpahi dengan pasokan pangan cukup.

“Tradisi di Polinesia, seseorang akan menanam sukun saat anaknya lahir. Untuk menjamin si bocah mendapat makanan sepanjang hidupnya,” kata Dr Ragone, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Selasa (1/7/2014).

Pohon sukun membutuhkan sedikit perawatan dan berkembang di daerah tropis. Sekarang, para ahli sedang menyelidiki varietas mana yang terbaik sesuai lingkungan tertentu dan iklim — serta selera lokal — di negara-negara kurang ketahanan pangan.

Mereka mengidentifikasi varietas buah penghasil terbaik dan kadar protein tinggi. Sejauh ini 35.000 pohon dikirim ke 26 negara, termasuk Jamaika dan Haiti. Ilmuwan berharap, suatu hari nanti akan ada hutan tanaman sukun di Karibia. Itu berarti tak akan ada lagi kelaparan. (http://news.liputan6.com/read/2071392/ilmuwan-sukun-alias-breadfruit-makanan-super

Beng Ji Dhans; http://news.liputan6.com/read/2071392/ilmuwan-sukun-alias-breadfruit-makanan-super)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close