Pernah ada kejadian mengharukan, ketika seorang mahasiswi mencari buku Cultures and Organizations, Software of the Mind karya Geert Hofstede and Gert Jan Hofstede, kebetulan buku itu ada di Rumah Baca.
Mahasiswi itu sampai menitikan air mata dan mendekap erat buku itu. Ketika ditanya kenapa sampai menitikan air mata, jawabnya karena sudah lelah mencarinya dan tidak menyangka justru ada di perpustakaan kecil seperti Rumah Baca ini.
Isi dari buku itu pada dasarnya menjelaskan (salah satunya) tentang power distance index atau indeks jarak kekuasaan antara bawahan dan atasan pada sebuah organisasi atau perusahaan.
Semakin pekat nilai feodal di masyarakatnya akan semakin jauh jarak kekuasaannya, bawahan bisa saja dianggap bodoh dan tertinggal, bawahan dianggap tidak tahu apa-apa, sehingga atasan susah menerima masukan dari bawahan dan tertutup dengan kritikan.
Semakin demokratis masyarakatnya, jarak kekuasaan makin dekat, atasan dengan bawahan layaknya seorang teman, atasan semakin gampang menerima masukan dari bawahan dan semakin terbuka dengan kritikan.
Menurut buku itu Indonesia punya score 78 ranking 15-16, contoh negara lain misal Malaysia score 104 ranking 1-2, artinya di Malaysia jarak kekuasaannya lebih jauh dibanding di Indonesia, tetapi Thailand scorenya 64 ranking 34-36 artinya di Indonesia jarak kekuasaannya lebih jauh dibanding di Thailand.
Selain kejadian mengharukan ada juga kejadian yang menggelikan, ketika seorang pekerja bangunan yang sedang mengecat rumah tetangga datang ke Rumah Baca, lantas dia menceriterakan keperihatinan hidup rumah tangganya dan meminta nasehat.
Selidik punya selidik ternyata dia menganggap di Rumah Baca ini tempatnya praktek paranormal yang bisa memberi nasihat spiritual, masih mending disebut paranormal tetapi dia menyebutnya dukun.
Mungkin mendirikan Rumha Baca itu dianggap sebagai langkah yang unik atau eksotis itu atau barangkali dianggap baik, maka tahun 2006 dan tahun 2011 mendapat piagam penghargaan dari Gubernur Jawa Barat.
Pada tahun 2010 mendapat piagam penghargaan dari IKAPI dan Walikota Bandung. Pada tahun 2011 mendapat sertifikat sebagai pemakalah pada Konferensi Internasional Budaya Sunda II.
Tahun 2013 mendapat penghargaan dari Museum Konferensi Asia Afrika karena berpartisipasi aktif memamerkan koleksi buku dari Rumah Baca tentang Bandung di Museum KAA.
Yang paling mengesankan ketika beberapa cerita pendek berbahasa Sunda yang saya tulis dan dimuat di koran Tribun Jabar, dipilih dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dikumpulkan di dalam buku Miss Maya bersama pengarang lainnya.
Penerjemahan dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Ingris bisa dilakukan oleh siapa saja yang fasih berbahasa Sunda dan Inggris. Tetapi yang membanggakan karena dipilih, diterjemahkan dan dikumpulkan dalam buku Miss Maya oleh Conrad.W.Watson atau lebih dikenal sebagai C.W.
Watson adalah Profesor Emeritus bidang Antropologi Sosial dari University of Kent, Canterbury UK. Pada buku Miss Maya ada tiga cerita pendek karya saya, terbit 2015.
Pada bulan Pebruari 2014, kami mengadakan syukuran 10 tahun usia Rumah Baca, yang hadir diantaranya Hawe Setiawan (budayawan kritis, sehari hari sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Bandung) yang bersedia membuat makalah tentang pentingnya Rumah Baca.
Dia mengatakan tak peduli bumi bergoncang, tak peduli pencakar langit runtuh asal perpustakaan tetap utuh karena perpustakaan adalah benteng terakhir kemanusian. Pernyataan itu menjadi bara pemberi semangat untuk tetap mengelola Rumah Baca, sebagai langkah mengisi kegiatan di masa pensiun.
Keuntungannya menjalin silaturahim dengan banyak orang, berdiskusi atau berdialog dengan siapa saja yang datang ke Rumah Baca, tentang apa saja. Kerugiannya tidak pernah atau jarang bisa tidur siang.
Itulah sekelumit tentang mengisi kegiatan masa pensiun yang saya lakukan, mudah-mudahan akan tumbuh Rumah Baca lain yang digagas oleh para pensiunan PT Telkom lainnya, sebagai kantung-kantung kesadaran literasi. Semoga. Tamat………….. (Margawangi Akhir April 2015; Oleh : MAMAT SASMITA / NIK : 510582)-FR
