Turki menunda lelang 4G
Langkah Turki menunda lelang 4G untuk mempertimbangkan teknologi 5G, sama seperti saat Indonesia di bawah Dirjen Postel Soehardjono alm, menunda (membatalkan) pembangunan Microwave ke Indonesia bagian Timur, saat SKSD Palapa muncul pertengahan tahun 70an.
Tidak mudah, karena SDM yang dipersiapkan harus segera dialihkan untuk pendidikan kilat teknologi satelit, hanya dalam waktu 1,5 tahun. Hasilnya, luar biasa, bukan? Apabila kita berkutat dg GM ke Indonesia Timur, wah kapan bisa menonton TV, dalam 10 tahun belum tentu.
Kita mengetahui bahwa Turki separuh wilayahnya berada di Eropa dan separuhnya di Asia/Arab.
Sebelum bergabung dengan kelompok Uni Eropa, Turki telah cerdik memainkan peran dalam bisnis industrinya, baik untuk negara2 Arab maupun Eropa.
Turki memiliki sejarah masa lalu yang khas dengan kerajaan Otomannya, tidak mudah terombang ambing oleh peracaturan sekitarnya yang bergolak, termasuk dalam segi religinya. Nampaknya belum ada Negara lain, khususnya negara berkembang yang telah melangkah demikian berani.
Di sisi lain demikian jeli melihat perkembangan industri negara maju yang tidak mungkin diikuti tahap demi tahap. Coba bukan sebarang langkah, sudah pada ujung lelang 4G memutuskan menunda untuk mempertimbangkan langkah teknologi berikutnya, 5G.
Mengejutkan atau dianggap bodoh sepintas. Di sisi lain bila kita mau sedikit lembaran teknologi melalui Communication Magazine bulanan (2014-2015 dan sebelumnya), sudah amat santer disajikan keperkasaan teknologi 5G. Negara2 industri AS, Eropa, Jepang dll, kini berlomba jadi yang pertama memperkenalkan perangkat 5G secara komersial pada tahun 2020.
Loh, bisa saja melanjutkan dengan lelang 4G yang baru akan diimplementasikan paling cepat akhir 2015, dan baru meluas tahun 2016. Apa modal operator yang begitu mahal akan kembali pada saat teknologi 5G harus sudah mulai dipersiapkan?. Nanti siapa yang harus membayar harga mahal teknologi yang belum balik modal dan harus menyisihkan untuk modal teknologi berikutnya? Pelanggan, bukan?
Memang langkah Turki indah dalam memeratakan dahulu Tekonologi 3G yang sudah 10 tahunan, disusul 4G yang sebenarnya sebagai teknologi antara saja. Jadi buat apa tanggung2 hari begini masih bersusah payah menggauli 4G, yang dalam 5 tahun lagi akan diganti dengan teknologi akhir 5G, bukan?
Andaikata anda anggota IEEE dg iuran $50/tahun untuk anggota dari negara berkembang, bisa mengikuti dengan jeli keluaran2 terakhir Communications Magazine yang diisi seabrek ahli2 teknologi 5G, dari AS, Eropa, Jepang, dll. Kekuatan2 industri ini berlomba untuk yang paling dahulu menguasai teknologi 5G.
Sementara ini standar ITU-T untuk LTE tercanggih masih terus digodok dan diperdebatkan.
Ada banyak layanan dan sistem layanan yang tidak ada pada 4G walaupun kecepatannya sudah hebat.
Yang penting sebenarnya menyiapkan jaringannya sehingga bisa digunakan teknologi di atas 3G, untuk apa 4G apabila kemampuan jaringan pembawa data hanya bisa untuk kapasitas 2G?
Indonesia saat ini juga berada di persimpangan yang menentukan (crucial), bukan atau belum kritis (critical). Akan menjadi kritis apabila salah langkah. Apabila tidak cepat mengambil kesempatan, lagi-lagi kita menjadi pasar saja. It’s your chance boys and girls. (Salam, AphD)-FR