Pengalaman Anggota

Obrolan tenang naik Moge

Pemerintah/Dephub menyelenggarakan Mudik Gratis utk calon pemudik sepeda motor. Asal pemudik Jakarta. Tujuan: (DARAT-BUS) Purwokerto, Kebumen, Mgl, Yogya, Sala, Wonogiri, Tegal; (KERETA API) lintas utara – St.Tegal, St.Pekalongan dan St.Smg Tawang;

Lintas selatan – st.kroya, st.kutoardjo, st.lempuyangan wangi, st.solo jebres, (LAUT) Jkt-Tanjung Priok ke
Smg-Tanjung Emas dan Jkt-Tanjung Priok ke Sby-Tanjung Perak. Sayang pemudik spd motor asal Bdg, Bogor belum dilayani(?).

Kali ini calon pemudik dilayani oleh Pemerintah. Smg berhasil. Info ini perlu disebarkan. Info lebih details (syarat, jadwal, dokumen, tanki bensin, spion, helm, etc) bisa ditanyakan ke Dephub callcenter: 151 atau twitter @kemenhub151, atau e-mail info151@dephub.go.id atau info lengkap di www.mudikgratis.dephub.go.id

Smg membantu calon pemudik spd motor. Berhasil dg Lancar. Salam “mudik” (ThW)-FR
——
Tanggapan-1 SSA :
Saya salut atas program ini termasuk juga rencana tol laut yg bisa mengurangi kepadatan lalu lintas darat. Mungkin ini bagian dari “menyingkirkan” sepeda motor dari jakarta atau kota besar lainnya?

Karena saya blm lihat apa ada program utk penitipan angkut sepeda motor sekembalinya dari mudik. Sdh lama tdk dengar suara p ZAR, p DjkRub dll, sepi. Atau beliau2 lagi siap siap nitipkan spd motornya? (SSA)-FR
——–

Tanggapan-2 ThW : Pak Narto,
Pak DjkR dan pak ZAR kemana-mana jalan kaki dan jalan kaki terus. Mereka pejalan yg tangguh & tahan lama. Mungkin, kayak saya, pernah coba naik harley davidson milik tetangga(!), ….. he..he…. sdh nggak
“potongan”(soal’e krempeng) dan langsung masuk angin.

Doeloe, kebijakan pemerintah menekan atau melarang calon pemudik penunggang spd-mtr, dikatakan melanggar aturan, kelebihan muatan & penumpang, dlll. Kebijakan pemerintah sekarang mencoba mengakomodasi dan menfasilitasi “wong cilik” yg mudik (spd-mtr ataupun kend umum). Sebut saja, ini merupakan kebijakan pro-wong cilik. Smg berhasil. Salam “mudik”, (ThW)-FR
———

Tanggapan-3 ZAr:
Ha.. ha… sudahlah pak Thomas, “nature” kita mirip soal suka jalan kaki, janganlah coba-coba moge. Ini cerita teman yang baru punya moge. Setiap dia ‘touring’ dengan mogenya, walaupun jaraknya gak terlalu jauh, sampai di rumah dia minta “kerokan”. (Salam, zar)-FR
———–

Tanggapan-4 SH : Pak Djaka R sih naik sepedah teruuus …
Betul, (sejatinya) kepingin mondar-mandir naik Moge, tapi – realita gampang “masuk angin”. Sudah coba tiga kali, masuk angin, istri uring-uringan. Saya stop bercita-cita moge (maaf, naik Moge kan sedikit bisa
petentang-petenteng).

Saya kembali ber-jogging ria saja. Lari lambat-lamban asal nyampe. Kalau cape yaaa…jalan kaki. Capek banget, baru istirahat rehat. Usai lebaran saya rencana jalan-kaki dari Lebak Bulus/RS Fatmawati – lewat Fatmawati – Cipete – Kebayoran – Sudirman – ke Bundaran HI.

Saya perkirakan 18km saja. Rencana pilih hari Minggu-pagi, berangkat subuh. Suasana Lebaran, pasti kota Jakarta kan sepi penghuni. Isttirahat di Plaza Indonesia, lalu pulang rumah. (Salam, SH)-FR
———-
Tanggapan-5 ZAr: Naik gunung juga pakai sepeda. Salam, zar
———-

Tanggapan-6 ThW
Pak DjkR, pasang foto sedang duduk di sadel & mejeng pegang sepedah, gitu? Nyampek nggak, ya? Aku sangsi, mungkin perlu turun sadel, ya? : (Salam, ThW)-FR
———-

Tanggapan-7 DjR
Iyalah om ThW, turun sadel di paskan sesuai ukuran lokal. Dulu waktu masih aktif kalau sedang rapat di hotel2 bila ke urinoir mesti jinjit, nggak pernah nggak jinjit , hotel untuk mancing turis bule jadi ya ukuran buat bule …

Cocoknya ke kamar-kecil untuk Ladies, nggak perlu jinjit kan … (meureun, da teu pernah asup ka ditu … nganggo logika bae, piraku ladies kedah jinjit sagala, ha-ha-ha . (-djr-)-FR
——-

Tanggapan-8 ThW :
He..he….paham deh. Saya punya temen lain, kebetulan namanya Djaka juga, kayaknya “setingkat” pak DjkR juga (ihiik..ihiik…), belanja shopping berdua dengan saya masuk London’s Harrods (1996). Berhubung sulit cari ukuran atau size yg cocok, kita harus “berpisah”, dia ke child racks (rak pakaian anak2) dan saya berkutat di adults racks. (Salam, ThW)-FR
———–

Tanggapan-9 SH :
Kalau waktu SMA, sepedahan sih biasa, Kebumen, Gombong, Magelang dilalap. Karang bolong pantai Ayah enteng saja. Sekarang Jombor Tempel juga OK tapi 1 jam untuk hanya 12 km.
Pak DjR sampai mana sepedahannya?

Sepedah itu kan: Asepnya tidak adah ….. jadi ya, merdeka ajah …. (SH)-FR
———–

Tanggapan 10 ThW :
Ha..ha…pengalaman saya, perjalanan Tempel ke Jombor (Yogya) pasti enteng karena “jalan turun”, tapi sebaliknya “jalan naik” (latent). Pak SH memang pisiknya kuat & terlatih. Se-kali-kali dicoba rute Tempel-Turi-Pakem, ini jalur naik-naik ke gunung. Jaman sekarang pasti kuat(?), krn pakai gir-persneleng. Selamat mencoba. (Salam, ThW)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close