Festival Lembah Baliem kini mendunia(2)
(Serial)-Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali. Saat festival kita lihat simulasi perang dan pertunjukan tarian yang diperlihatkan. Sebuah festival ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk dinikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus dan biasanya bertepatan dengan perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi pada tahun 2015 ini diadakan pada tanggal 6 sampai 8 Agustus.
Ternyata Festival Lembah Baliem sudah diadakan ke 25 kalinya, pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka.
Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif
Suku-suku di Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria Suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka.
Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari. Sedang kaum perempuan Suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para perempuan membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang mempertahankan desa mereka atau balas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa “Perang Suku Dani” lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh.
Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Puncak acaranya pertempuran antara Suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda2 kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan pesta babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual. Bersambung ………….. (BARRY KUSUMA; I Made Asdhiana; www.alambudaya.com dan http://travel.kompas.com/read/2015/08/21/101600927/Festival.Lembah.Baliem.yang.Mendunia)-FatchurR