Keraton semut
(Pengantar)-Fauna Indonesia-Kerajaan Binatang : Di dunia binatang ada yang hidup berkoloni (berkelompok). Misalnya saja gajah, singa, kera, beberapa jenis belalang, beberapa jenis burung, beberapa jenis ikan, dan banyak lagi. Koloni binatang2 tersebut, bentuk fisik binatangnya berbeda antara jantan dan betinanya saja. Pembagian kerjanya tidak rumit.
Ada binatang memiliki struktur organisasi yang rumit, dari ratu sampai pekerja. Ada pembagian kerja secara jelas di antara anggota koloni. Bentuk binatangnya berbeda secara fisik. Boleh dikatakan, inilah keraton binatang. Saya sebut dengan keraton, karena memang ada ratunya. Hanya ada beberapa koloni binatang yang bisa disebut dengan keraton binatang ini.
Keraton semut
Dulu, jaman saya kecil dan hidup di kampung, belum ada listrik. Kalau ada hajatan dan orang menyalakan lampu petromaks malam hari, banyak binatang hadir mendatangi lampu itu. Binatang kemudian berjatuhan di tikar yang digelar di tempat hajatan itu.
Kadang saya tersengat binatang yang saya kira tidak menyengat, misal kalau tidak sengaja kedudukan, ketimpa paha saya. Binatang yang kadang datang salah satunya jenis semut (yang menyengat tadi), namun bersayap. Itu sebabnya dia bisa terbang dan mendatangi lampu itu. Jaman sekarang karena lampu listrik sudah banyak, jarang saya menemukan semut bersayap yang datang ke rumah.
Tapi masih ketemu juga walau jarang. Kalau anda kemah di dekat hutan gelap gulita, boleh coba pasang lampu (senter juga boleh) di dekat kemah di malam hari. Kalau ada binatang, khususnya serangga berdatangan, cobalah cari apa diantara mereka ada yang bentuknya persis semut, tetapi ada sayapnya.
Semut bersayap merupakan “cikal bakal” (pendiri) keraton semut. Mengapa demikian? Begini kisahnya. Mereka, para semut bersayap itu merupakan ‘pemuda pemudi ’ semut yang meninggalkan keratonnya, untuk mendirikan keraton baru. Biasanya terjadi pada masa ‘murah pangan’, misalnya saat musim penghujan, di saat banyak makanan tersedia dengan melimpah.
Para pemuda pemudi ini lalu saling mencari pasangan hidup. Pada waktu ada lampu yang terang, mereka akan mendatangi, karena tertarik dengan terangnya lampu itu. Kalau bahasa anak pemuda pemudi manusia, mungkin mereka mengira di sana, di tempat terang itu, ada keramaian, sehingga banyak muda-mudi di sana dan mudah mencari pasangan hidup.
Demikian pula muda mudi semut. Hanya, kalau pemuda pemudi semut, tidak cari pacar sekedar diajak ngobrol atau makan2 atau “selfi”, tapi pemuda pemudi semut ini mencari pasangan yang mau diajak membina hidup bersama. Membangun rumah tangga, bukan sekedar rumah tangga, tapi mendirikan sebuah keraton baru. Mengapa istilahnya keraton, bukan kerajaan? Nanti akan ketemu jawabannya.
Cerita kita lanjutkan. Nah, ketika seekor pemuda semut sudah menemukan seekor pemudi semut yang cocok, mereka berikrar untuk membina keluarga baru. Oh ya, ketemunya pemuda dan pemudi ini ya tidak selalu di acara hajatan seperti itu. Bisa ditempat lain. Di alam bebas.
Pasangan muda-mudi ini pergi cari tempat yang cocok mendirikan keraton baru. Ada yang suka di dedaunan muda nan lebar2 di puncak pohon (semut merah atau semut rangrang) ada yang membuat di bawah tanah (misalnya semut api atau ‘semut geni’ yang sengatannya membuat kulit serasa terbakar), di balik lemari, di sela tumpukan kayu dsb.
Sebagaimana nenek moyang mereka melakukan. Apa neneknya mengajari? Ya tidak, sebab bagaimana memilih tempat dan membuat rumah itu sudah tertanam di memori mereka, di ‘otak’ mereka. Setelah ketemu tempat yang cocok, mereka kemudian membuat sarang, masih sederhana, masih kecil saja, toh yang menghuni baru dua orang.
Maklumlah rumah tangga baru. Ya seperti manusialah, kalau rumah tangga baru cukup rumah kecil. Bisa dengan beli kontan, mencicil atau bisa jadi mengontrak saja dulu. Nanti kalau anaknya sudah banyak, perlu kendaraan, perlu kamar lebih banyak, perlu tempat bermain, baru rumah diperbesar atau pindah ke rumah yang lebih besar.
Lho, kok malah cerita soal rumah tangga manusia. Bagaimana dengan rumah tangga semut yang baru tadi? Kita lanjutkan di tulisan berikutnya ya. (Masih belum selesai; Widartoks 2015)-FR