Bermenung ingin seperti ayah
Pak Sabar punya teman, tetangga Pak Syukur. Dia dulu kerja mandiri dengan teman2nya. Makin lama semakin banyak persaiangan sehingga usahanya tidak lancar. Kadang ada proyek, kadang tidak. Ini yang membuat pendapatannya tidak tetap.
Untung istrinya berpendapatan tetap. Kini Pak Syukur risau, sebab belum punya usaha yang mendatangkan pendapatan tetap itu. Berbagai upaya dilakukan. P.Syukur bercerita ke P.Sabar, katanya anaknya yang baru lulus dari perguruan tinggi tidak mau mendaftar bea siswa, dia ingin usaha sendiri.
“ Ingin seperti ayah”, katanya. P.Syukur menasehati, cari kerja saja di perusahaan besar. Nanti kalau pintar, dapat ilmu dan pengalaman, banyak kolega, baru membuat usaha sendiri. Atau mencari bea siswa untuk sekolah lagi. “Jangan seperti Ayah”, katanya. “ Ayah ini contoh yang salah”, sambungnya.
Demikianlah, dalam hidup ini ayah dan ibu, orang tua selalu menjadi panutan, contoh, tauladan bagi anak-anaknya. Kalau ortunya rajin, si anak akan rajin. Kalau ayahnya suka marah-marah, anak akan menganggap marah-marah itu yang benar.
Kalau ibunya hobinya “shopping”, si anak, terutama yang perempuan akan menganggap “shopping” itu hal yang menyenangkan dan benar. Kalau ayahnya suka menjelek-jelekkan orang, anaknya akan begitu. Kalau ibunya tidak suka masak, anaknya juga akan begitu.
Maka, seyogyanyalah kita berperilaku yang baik, karena baik atau buruk yang kita lakukan, akan ditiru oleh anak-anak kita. Perilaku kita, itulah warisan utama bagi anak cucu kita. Semoga kita bisa jadi contoh yang baik bagi anak cucu kita. (Widartoks 2016; dari grup FB MKPB Telkom)-FR