Bulan dan Matahari (TA078)
Pulang shalat Tarawih kemarin, kita bersyukur menikmati cahaya bulan purnama yang bersinar lembut, tanda kita sudah memasuki hari ke 15 Ramadhan. Sampai pagi tadi, keindahan bulan purnama masih bisa kita nikmati di ufuk barat yang cerah.
Alhamdulillah. Nikmat mata kita masih bisa menikmati keindahan cahaya bulan. Namun, sesungguhnya nikmat yang terbesar adalah nikmat Iman. Iman inilah yang menuntun kita menikmati nikmat-nikmat lain dari kebesaran Allah.
Dalam Al Qur’an, Allah SWT mengfirmankan,
“Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?” (Surat Nuh, QS 71:16)
Masya Allah. Pada abad ke 8, dimana belum ditemukan teleskop dan belum diketahui bahwa ada orbit matahari, orbit bumi dan orbit bulan, AL Qur’an sudah membedakan cahaya bulan dan pelita matahari. Al Qur’an sudah mengisyaratkan kedua benda yang bercahaya itu berbeda.
Bulan dilukiskan sebagai benda yang bersyinar, “munir”, dari akar kata “nur”. Sedang matahari sebagai pelita, “siraj”. Teks Al Qur’an dengan teliti menyebutkan perbedaan itu. Saat ini kita paham bahwa cahaya bulan adalah pantulan sinar matahari yang bersinar bak pelita yang sangat terang.
Sekali lagi surat Al Asr, surat yang hanya terdiri dari tiga ayat itu, bila dikupas lebih dalam, waktu yang terus senantiasa membuktikan mukjizat dan kebenaran Al Qur’an. Manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan-kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
(Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR