Pengalaman Anggota

Bermenung-Dilupakan anak di hari tua

Bagi yang masih muda mungkin tidak atau belum tahu rasanya jadi orang sudah tua secara fisik. Dalam arti, berkurang kemampuannya, mau jalan cepat sudah tidak bisa, apalagi mau mengangkat barang berat. Kalau sudah demikian, mau tidak mau harus meminta bantuan yang muda

 

Kalau orangnya berekonomi kuat, bisa membayar asisten pribadi yang bisa membantu segala keperluan. Kalau “PEGEL” alias PEgawai atau PEnsiunan atau PEengusaha Golongan Ekonomi Lemah ya repot. Oh ya, bagi anda yang muda, kalau mau merasakan tidak berdaya, seperti orang tua yang dijelaskan di atas.

 

Ingatlah ketika anda sedang sakit agak keras, misalnya kena demam berdarah, atau tipes, kaki lecet parah sampai jalan saja susah dan semacamnya. Pada saat itu kita merasa tidak berdaya, tidak mampu mengerjakan sesuatu sendiri.

Ketika orang sudah mulai tua, bagaimana rasanya kalau diabaikan anak-cucunya? Sangat tidak enak. Ada kejadian seseorang mempunyai banyak anak, sebut saja A, B, C, D, E dan banyak bercucu dan besar2. Suatu hari di hari istimewa bagi banyak orang, mereka akan pergi ke suatu tempat yang istimewa juga.

 

Ternyata semua anaknya pergi tanpa seorangpun mengajak ortu ini, sehingga dia malah ikut keluarga lain. Mungkin si A menganggap ortunya bersama si B. Si B mengira ortunya bersama C dan seterusnya. Namun tak satupun menanyakan ke ortunya, mau pergi bersama siapa. Cucu2nya juga tidak ada yang menanyakan Nenek mana? Begitu.

Mungkin anda akan mengatakan ini anak-cucu durhaka. Anda bisa benar, mungkin tidak. Mengapa? Bahasa mudahnya, saat itu mereka lupa ortunya. Lupa dalam arti sesungguhnya. Benar2 lupa alias tidak ingat. Atau yakin menganggap ortunya bersama saudara yang lain. Kalau bahasa agamanya, mereka semua dibuat lupa oleh YME.

Kalau memang demikian, mengapa bisa semua anak dan cucu-cucu benar-benar lupa dengan ortunya? Hal ini terjadi karena dahulunya ortu sering lupa kepada anak-anaknya. Sering dia makan enak-enak, tidak membagi ke anak.

 

Kalau ada makanan enak dimakan sendiri, lupa kepada anaknya. Kadang disimpan agar anaknya tidak tahu. Mungkin anda tidak percaya, tapi begitulah di dunia ini kadang memang ada yang aneh-aneh.

Entah saat itu anak-anaknya ada yang merasa diabaikan atau tidak. Yang jelas di hari tuanya ortu tersebut menerima balasannya. Dia terlupakan atau dilupakan, entah yang benar yang mana, oleh anak-anaknya, padahal banyak anaknya. Cucunya juga sudah besar-besar, sudah dewasa.

Demikianlah, kalau punya anak jangan abaikan mereka, karena mereka lahir menjadi tanggung jawab orang tua. Jika kita mengabaikan, jangan salahkan kalau mereka kelak juga gantian mengabaikan.

 

Mengabaikan di sini belum tentu sengaja mengabaikan, namun mereka terbelenggu dengan kesibukan atau keadaan yang memaksa mereka melupakan ortunya. Misalnya sangat sibuk, jauh, dikuasai oleh pihak suami atau istrinya, sehingga “lupa” ortu atau alasan lainnya.

Kalau kita perluas, ortu itu bukan hanya ortu secara biologis, namun ortu secara organisasi. Ortu di sini bisa merupakan atasan, bos, pimpinan dsb. Jika mengabaikan anak buah, jangan kaget kalau kelak juga diabaikan anak buah, bahkan bukan hanya anak buah, namun orang lain, saudara, tetangga, kari kerabat dan seterusnya.

 

Betapa banyak orang setelah pensiun datang ke kantor untuk suatu urusan, merasa sakit hati karena diabaikan oleh bekas anak buahnya. Dia lupa, mungkin dia dahulu juga menganggap sepi anak buahnya.

Maka seyongyanya kita mencintai, memberi perhatian penuh ke anak keturunan dan anak buah, agar kelak ketika badan mulai lemah, kita mulai tidak berdaya (bisa juga secara ekonomi, secara kekuasaan) akan tetap mendapat perhatian dari anak keturunan dan atau anak buah juga . . . .

Widartoks 2016; dari grup FB)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close