Waktu (TA 137)
Ajaran Islam sangat menghargai waktu. Ayat-ayat yang menyoal waktu tersebar di berbagai surat. Salah satu adalah pada surat Al Insyirah (QS 94:7), Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain).
Tersirat dalam ayat tadi, bahwa Allah memerintahkan, bergegas setelah satu urusan selesai, kerjakan urusan berikutnya. Dalam ayat ini Allah tidak memerintahkan jeda atau istirahat, melainkan langsung ke urusan yang lain. Dan lagi, istirahat bukanlah untuk santai, bermain-main, istirahatpun adalah sebuah aktivitas guna mengembalikan kekuatan yang sudah terkuras sebelumnya (recovery).
Ayat itu juga mengandung makna bahwa, waktu menggelundung terus tanpa bisa dicegah. Hidup di dunia terlalu singkat untuk santai dan bermalas-malasan. Setiap hari usia bertambah dan sisa usia terlalu berharga untuk disia-siakan. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR
Sajian IBO lainnya : Bilal Ibn Rabah
Hari itu, kota Mekkah geger, terjadi gelombang kekalutan, keriuhan dan kegelisahan. Semua orang berkata-kata, berpendapat, ada yang mendukung dan ada pula yang menentang.
Hari itu, Muhammad ibn Abdullah berdiri diatas bukit Shafa, puncak Kemurnian, menyeru lantang, Allah telah mengutusnya jadi Rosul, untuk mengajak manusia menyembah Allah Swt, beribadah mendekatkan diri kepadaNya dan meninggalkan penyembahan ke berhala2 yang bisu, tuli dan tidak bisa berbuat apa2.
Dakwah Muhammad 3 tahun dilakukan sembunyi2, hari itu atas petunjuk Allah Swt dilakukan terbuka. Selama itu banyak yang beriman dan mengucapkan janji kepadanya dari istrinya, sahabat dekat, putra pamannya, beberapa orang terpelajar dan beberapa budak yang sembunyi2 dari majikannya. Salah satunya adalah Bilal ibn Rabah.
Bilal ibn Rabah, budak hitam Habsy. Dia mewarisi keturunan budak dari ibu-bapaknya. Dia milik pemuka Mekah Umayyah ibn Khalaf yang dikenal benci Rosul. Begitu dengar budaknya ikut ajaran Rosul, dia murka : “Celakalah kamu Bilal. Ia benar2 merasakan siksa pedih hingga kembali ke keyakinan kaumku, seraya menghinakan Muhammad dan agamanya.”
Berkali-kali Umayyah memerintahkan Bilal utk keluar dari agama Muhammad, tapi ber-kali2 pula Bilal menolak perintahnya. Akhirnya kesabaran Umayyah habis dan mulailah ia menyiksa Bilal mulai dengan memukul, mencambuk seraya memaksa Bilal kembali pada agama dia.
Puncak siksaan ke Bilal, Umayyah menyeret Bilal ketengah padang pasir panas terik, menelanjanginya, menidurkan dengan tangan dan kakinya terbentang, lalu menimpakan batu besar kedadanya seraya terus mencambukinya sambil teriak : “Kafirlah terhadap Muhammad. Serulah nama tuhan Latta dan Uzza”.
Namun di sela2 rintihannya, tak ada kata lain yang keluar dari mulut Bilal selain : “Ahad… Ahad.. Ahad…”
Umayyah makin marah dan mulai menusukkan pisau ke bagian2 tubuh Bilal sambil memerintahkan Bilal mengucapkan tuhan Latta dan Uzza, tapi tegas Bilal menjawab : “Lidahku tak dapat menyebutkan kata yang engkau inginkan.. Ahad… Ahad..”
Ber-kali2 Bilal mengalami siksaan seperti itu namun bukan menyurutkan keyakinan Islamnya malah bertambah kuat. Hingga suatu hari Abu Bakar membelinya dengan harga yang murah karena dianggap Umayyah Bilal parah dari siksaan dan tidak bisa bekerja lagi. (Asep Saefulbahri; dari grup WA-BPTg; Disarikan dari Kitab Asbabun Nuzul/IR)-FR