Kok bisa ya-Hebatnya rangking terakhir
Dulu, selepas sekolah SMA, jaman Pak Johar sekolah ber-ikatan dinas 2 tahun atau 4 semester di suatu instansi. Di sana ada aturan, kalau tidak lulus di suatu semester ya gugur dan pulang kampung. Atau istilah salah satu dosen di sana “angkat koper”.
Adalah adik kelas Pak Johar, Pak Aren namanya. Dia ini sekalipun adik kelas, namun lebih tua dan sudah berkeluarga, karena dia berasal dari pegawai, waktu itu Pak Johar masih bujangan. Saat itu Pak Aren dan kawan2 menjalani matrikulasi. Lalu ada ujian. Kalau lulus lanjutke jenjang setingkat D2, kalau tidak lulus “turun” ke jenjang yang lebih rendah.
Saat ujian matrikulasi itu, setelah belajar keras, termasuk belajar ke teman-2 seangkatan Pak Johar, Pak Aren lulus namun rangkingnya terbuncit. Dengan rangking paling buncit itu justru Pak Aren bahagia dan sangat bangga, sebab banyak juga sih kawannya yang tidak lulus, bahkan yang lebih muda usianya.
” Paling sulit itu rangking paling buncit, rangking terakhir”, katanya bangga. Ketika ditanya kawannya apa alasaannya, ini jawabnya. ” Lho, rangking terakhir itu tersulit. Kalau belajarnya kebanyakan sedikit saja, jadi agak lebih pintar, rangkingnya akan naik, bukan paling buncit. Kalau belajarnya kurang sedikit, tidak lulus”, katanya bangga.
KBY. Kok bisa ya ?; (Widartoks 2016; dari grup FB-MKPB Telkom)-FR