Iptek dan Lingk. Hidup

Media Cetak bertahan dengan adopsi Tekno

Jakarta-Platform media (media cetak), harus sesuaikan dan mengadopsi teknologi digital untuk mempertahankan eksistensi dan berkembang di era teknologi digital yang tak terbendung. Media cetak akan mati jika bertahan dengan konsep konvensional dan tidak mau menyesuaikan perkembangan teknologi digital.

 

Menkominfo Rudiantara mengatakan, dulu, teknologi hanya dianggap sebagai objek oleh media cetak. Tetapi, saat ini, teknologi digital jadi subjek bagi media cetak. Artinya, teknologi digital telah jadi subjek utama bagi media cetak dalam memperkenalkan konten atau berita kepada pembacanya.

 

Pembaca kini mengandalkan kepraktisan menikmati berita atau konten, menggunakan smartphone dan tablet (gadget) seiring perkembangan teknologi yang memudahkan kehidupan manusia. Perusahaan media cetak dituntut tidak hanya menyandarkan diri pada operasional dan pendapatan dari sisi cetak semata, tetapi juga sisi pemasaran multi-channel, termasuk pemasaran digital.

 

“Oleh karena itu, inovasi teknologi, terutama teknologi digital adalah syarat mutlak bagi media untuk tetap mempertahankan eksistensinya,” ucap Rudiantara, dalam acara talkshow yang digelar Sinyal Magz yang bertemakan Teknologi Digital Membuat Media Lebih Hidup di Jakarta, Kamis (16/3).

 

Kini era disruptive teknologi, yakni teknologi berkembang revolusioner dan beda dengan sebelumnya. Karena itu, inovasi teknologi dibutuhkan untuk mempertahankan keberadaan media cetak. Rudiantara juga meyakini media cetak tidak akan mati. Syaratnya media cetak mau mengadopsi perkembangan teknologi untuk mencipatakan suatu inovasi baru.

 

“Saya lihat bisnis media, terutama media cetak akan tetap ada. Meski tidak berkembang pesat, tetapi celah untuk tumbuh tetap ada. Yang dibutuhkan industri adalah economy of scale. Tinggal bagaimana, media cetak melihat celah untuk berinovasi dengan menyajikan berita dan konten yang relevan dengan memanfaatkan teknologi digital. Ini yang harus dipikirkan oleh industri media,” ujarnya.

 

Sementara itu, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengungkapkan, masih banyak celah yang harus dimanfaatkan oleh industri media melalui teknologi digital. Teknologi digital harus menjadi jendela bagi media dalam menarik minat pembaca.

 

Dengan memanfaatkan teknologi digital yang menarik minta pembaca, ini akan menjadi pintu masuk bagi industri lainnya untuk mengalokasikan dana belanja iklan kepada media yang bersangkutan. Sebab, lanjut dia, kebanyakan media hidup dari iklan.

 

ATSI yang di dalamnya terdiri atas perusahaan yang bergerak di industri seluler pun tidak bisa meninggalkan iklan untuk mempromosikan produknya. Belanja iklan harus dilakukan secara berkesinambungan dan membutuhkan media sebagai mitra yang dibutuhkan.

 

“Interaksi ini yang dicari. Ketika pemabaca membuka atau membaca di media, pembaca harus bisa sampai ke toko kami sebagai pengiklan. Interaksi seperti ini yang kami cari. Oleh karena itu, media yang terintegrasi yang kami pilih untuk pasang iklan, ya teknologi digital harus dimanfaatkan,” jelas Merza.

 

Masih Dibutuhkan
Merza berpendapat, keberadaan media cetak masih sangat diperlukan oleh pembaca. Meskipun saat ini sedang mengalami turbulensi, tetapi media cetak diyakininya tidak akan pernah mati dan masih akan bertahan cukup lama ke depan.

 

Dia sampaikan, survei yang dilakukan akhir 2015 menyebutkan, 80% responden percaya kalau untuk belajar orang masih menggunakan media cetak. Tak hanya itu, hasil survey itu menyimpulkan, sebanyak 71% responden masih merasa lebih nyaman dan rileks ketika membaca di media cetak daripada di layar perangkat (screen).

 

Lebih jauh, sebanyak 65% pemasang iklan juga belum mau meninggalkan media cetak sebagai media untuk memasang iklan. Sementara itu, sebanyak 60% responden masih menyisahkan waktunya untuk membaca iklan di media cetak.

 

“Ini masih ada celah media printing. Dunia printing punya kans tetap hidup. Namun demikian, media printing juga harus combine dengan yang digital, sehingga tidak tergerus oleh perkembangan digital. Tinggal bagaimana bentuknya, itu terserah kepada industri media masing-masing,” ungkap Merza.

 

CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli menambahkan, pendekatan media cetak harus meng-address end user. Artinya, informasi yang disebarkan harus benar-benar bertujuan untuk kepentingan kalayak ramai. Di sisi lain, walaupun bentuknya media cetak, tetapi teknologi cetaknya juga harus lebih modern.

 

“Dalam 10-15 tahun ke depan, orang masih dan suka baca media cetak. Karena, kalau baca di screen, umumnya orang cepat bosan dan membuat mata perih. Jadi, konten yang disajikan di media cetak harus benar2 membuat pembaca betah dan nyaman. Tetapi, kolaborasi cetak dan digital juga dibutuhkan,”

 

pungkas Alex, panggilan akrab Alexander. (Emanuel Kure/MUS; Investor Daily dan http://www.beritasatu.com/digital-life/419887-media-cetak-bertahan-dengan-adopsi-teknologi.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close