Tokoh Snouck Hurgronje yang hidup pada 1857-1936 ini disikapi beragam makna. Para ilmuwan menyanjungnya sebagai perintis study Islam (orientalist) secara modern. Istimewanya, Hurgronye bukan saja melontarkan teori, namun juga terjun kelapangan mempraktekan teorinya.
Pemerintah Belanda sikapnya juga mendua, ia telah menyelamatkan pemerintah Hindia Belanda karena berhasil menghentikan perang Aceh yang panjang dan melelahkan, namun juga ia sebagai pencetus awal pemberian pendidikan kepada Bumi Putera, yang ujungnya negeri zamrud di khatulistiwa ini lepas merdeka.
Di Indonesia, sekalipun ia pengusul politik Etis yang kemudian melahirkan faham kebangsaan dan kemerdekaan, namun karena niat awalnya hendak melanggengkan cengkraman Belanda di Indonesia, orang juga tidak berterima kasih karenanya.
Adalah Prof.Dietrich Jung, guru besar studi Timur Tengah dari Universitas Southern Denmark, menulis lumayan lengkap kisah hidup Hurgronje dalam tulisannya, “Islam as a Problem”; Dutch Religious Politics in the East Indies (2010).
Hurgronje lahir 8/2/1857 di Oosterhout, Netherlands. Ayahnya seorang Calvinist (salah satu aliran Protestan). Ia kemudian masuk sekolah teologi dan kemudian tahun 1874 berkarir fakultas teologi di Universitas Leiden. Ia kemudian 1878 berpindah sebagai Philology Semit (ahli dokumen kuno Yahudi).
Latar belakang itu membentuknya dan sikapnya kelak terhadap Islam. Ia mengajukan desertasi untuk mendapatkan gelar PhD dengan thesis ritual dan sejarah Haji di Mekah. Ia kemudian menulis beberapa buku tentang Islam dan diminta mengajar pada kelas-kelas pegawai yang akan ditugasi ke tanah jajahan.
Tekadnya kuat untuk mempelajari Islam dan pada bulan Agustus 1884, Hurgronje mendarat di pelabuhan Jeddah di tepi laut Merah dan pada Februari 1885 ia pergi menuju Mekah. Ia mengaku dirinya muslim dan belajar tentang Islam kepada ulama terpandang di sana, Sheikh Ahmad Zaeni Dahlan selama enam bulan ….. bersambung (Sadhono Hadi; dari grup WA-BPTg)-FR
